Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Tumbuh Dalam Defisit dan Utang ... Why Not ?

9 Juni 2016   04:38 Diperbarui: 9 Juni 2016   19:49 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.shutterstock.com/s/economic+growth/search.html

International Monetary Fund (IMF) dalam World Economic Outlook yang diterbitkan April 2016 memberikan proyeksi pertumbuan ekonomi global 2016 pada kisaran 3,2%; dan 3(tiga) ekonomi regional bertumbuh di atas global seperti diberikan pada Peraga-1.

Pertumbuhan Ekonomi Regional - Prepared by Arnold M.
Pertumbuhan Ekonomi Regional - Prepared by Arnold M.
Dari Peraga-1, regional Asia Timur (East Asia), Asia Selatan (South Asia), dan Asia Tenggara (South East Asia) bertumbuh di atas 3,2%; sedangkan Amerika Utara (North America, mencakup antara lain USA, Canada, dan Mexico), Eropa Barat (Western Europe, umumnya negara tergabung dalam European Union), dan Amerika Selatan (South America, mencakup negara seperti Argentina, Brazil, Chile, Peru, Columbia).

Tiga regional ekonomi dengan pertumbuhan di atas global tersebut, populasi penduduknya sekitar 54% dari populasi dunia, seperti disajikan pada Peraga-2.

Regional Population - Prepared by Arnold M
Regional Population - Prepared by Arnold M
Dalam masing-masing regional tersebut, pertumbuhan tertinggi dialami India (Asia Selatan), China (Asia Timur) dan Indonesia (Asia Tenggara) dan gambarannya diberikan pada Peraga-3.

ecocator-57587d5d957e61bf1c91734b.png
ecocator-57587d5d957e61bf1c91734b.png
Sumber Informasi Peraga-1, 2, dam 3 : IMF. Ambang batas defisit "Fiscal Budget" : 3%; DSR (Debt Service Ratio atau Debt to GDP Ratio) : 60%.

Dari Peraga-3, trend pertumbuhan China dari 7,3% (2014) diprakirakan turun menjadi 6,0 (2018), sementara rasio utang meningkat lebih 10%. Ini mengindikasikan "ada yang tidak beres" dalam pengelolaan perekonomian China karena penambahan input melalui utang tidak berdampak peningkatan. 

Pertumbuhan India naik dengan defisit serta rasio utang melebihi ambang batas walaupun trend rasio utang turun. Dengan demikian, India harus mempertahankan pertumbuhan tinggi agar rasio utang turun di bawah 60%; sebaliknya kegagalan meningkatkan pertumbuhan akan menyebabkan tekanan utang yang selanjutnya menekan pertumbuhan dan menimbulkan resesi.

Walaupun pertumbuhan Indonesia lebih rendah dari China dan India tetapi pada 3 Triwulan terakhir trend-nya naik dengan defisit serta rasio utang di bawah ambang batas. Agar pertumbuhan lebih tinggi dari proyeksi, sangat dibutuhkan tambahan belanja dan (Incremental Increase) investasi pemerintah serta swasta (domestik atau asing). Dalam hal kegiatan investasi swasta rendah maka pemerintah yang harus berinisiatif meningkatkan belanja serta investasi melalui ekspansi fiskal; yang akan berakibat peningkatan defisit dan utang. Tanpa ekspansi, sulit berharap terjadi peningkatan pertumbuhan; bahkan kemudian akan meningkatkan rasio utang. Memang langkah ini akan mendapatkan hambatan karena dianggap peningkatan utang kelak membebani "anak cucu". Anggapan tersebut tidak tepat karena penambahan utang akan dipulihkan dan dinetralisasi dengan peningkatan pertumbuhan (Lihat artikel : Defisit atau Utang? Bukan Dilema!); serta wawasan jangka panjang yang berkelanjutan. 

Berpikir perekonomian negara bukan seperti mencemaskan "Duit Dalam Dompet" !

Arnold Mamesah - Laskar Initiatives 

9 Juni 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun