Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Bukan Rapor Presiden

2 Januari 2017   01:14 Diperbarui: 3 Januari 2017   10:32 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teori dan Implementasi Proyek Infrastruktur - koleksi Arnold M. - sumber gambar : tribunews.com

Rapor Presiden 

Mungkin terpengaruh rapor pemimpin Asia Pasifik, Presiden Jokowi lantas memutuskan untuk "di rumah saja" saat pergantian 2016 menuju 2017. Salah satu indikator yang digunakan dalam rapor adalah kinerja nilai tukar Rupiah; selain pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) dan kenaikan "Approval Rating".

Agar dapat memahami kinerja mata uang Rupiah (IDR), pada Peraga-1 diberikan perbandingan dengan mata uang lain berdasarkan Real Effective Exchange Rate (REER) Index yang diterbitkan Bank for International Settlement (BIS) untuk masa 2015 dan 2016 berdasarkan rerata indeks. 

REER Index Comparison - Koleksi Arnold M.
REER Index Comparison - Koleksi Arnold M.
Catatan. Pergerakan Indeks Real Effective Exchange Rate mata uang suatu negara menggunakan rujukan indeks 2010 dengan memperhatikan nilai tukar nominal, inflasi berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK), dan transaksi perdagangan global.

Perbandingan pada Peraga-1 melibatkan mata uang utama global (USD, Euro, Yen Jepang - JPY, Renminbi China - CNY, Pound Sterling UK - GBP) dan negara ASEAN (Ringgit Malaysia, Peso Phillipine), Won Korea Selatan, Dollar Australia, Rupee India, dan Lira Turkey. Berdasarkan rerata indeks REER 2016 dibandingkan 2015, 6 (enam) mata uang kinerjanya meningkat antara lain (1). JPY (13,9%), Rupiah, (2). IDR (3,9%), (3). USD(3,5%), (4) Euro (2.2%), (5). AUD (0,9%), (6). India (0,9%). 

Gambaran neraca perdagangan dan tingkat inflasi untuk peringkat 1, 2, dan 3 diberikan pada Peraga-2.

Trade Balance and Inflation : Japan - Indonesia - USA, Koleksi : Arnold M.
Trade Balance and Inflation : Japan - Indonesia - USA, Koleksi : Arnold M.
Dari peraga di atas, penguatan indeks REER JPY terjadi karena neraca perdagangan berbalik surplus dan inflasi sangat rendah. Salah satu penyebab inflasi negatif di Jepang adalah tingkat konsumsinya rendah walaupun Bank Sentral Jepang (BoJ) sudah melakukan kebijakan stimulus. Kondisi ini mengancam pertumbuhan dunia usaha di Jepang. 

Penguatan indeks USD sejalan dengan fenomena USD Strong dan penguatan perekonomian USA pasca Krisis Finansial 2008. Kondisi penguatan ini membuat tekanan pada neraca perdagangan USA dan mengancam pertumbuhan dunia usaha terutama korporasi.

Pada indeks Rupiah (IDR) penguatan terjadi akibat inflasi berhasil dijinakkan dan turun hingga pada 2016 diprakirakan 3%. Sementara neraca perdagangan mengalami perbaikan dari defisit menjadi surplus yang terus meningkat. Penurunan inflasi perlu dicermati apakah akibat penurunan daya beli yang selanjutnya menekan permintaan. Juga perlu dicermati soal surplus perdagangan; apakah akibat penurunan nilai impor lebih besar dari penurunan nilai ekspor. Nilai ekspor turun sebagai akibat deflasi komoditas dan penurunan permintaan sementara komoditas masih merupakan ekspor utama. Sementara, penurunan nilai impor, apakah akibat berkurangnya impor bahan mentah yang merupakan bahan baku industri pengolahan atau penurunan impor barang modal yang mencakup alat produksi. Kondisi surplus memang memberikan kesan positif pada neraca perdagangan; tetapi jika ditelaah lebih dalam, memberikan makna ancaman dan merupakan peringatan (alarm) bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi masa mendatang.

Indeks Nilai Tukar dan Aliran Dana Investasi

Untuk memahami posisi indeks REER Rupiah, perlu dilihat trend sejak kebijakan normalisasi (kenaikan) Fed Rate diumumkan pada Maret 2013 hingga 2016 seperti pada Peraga-3.

Trend REER Index : India - Australia - EU - USA - Indonesia - Japan, koleksi : Arnold M.
Trend REER Index : India - Australia - EU - USA - Indonesia - Japan, koleksi : Arnold M.
Sumber Informasi : BIS

Dari Peraga-3, indeks REER Yen dan Rupiah kembali pada posisi triwulan-1 2013; USD memang terus meningkat seperti juga India. Sementara indeks Dolar Australia dan Euro masih belum pulih seperti posisi pada triwulan-1 2013.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah aliran dana investasi langsung (FDI : Foreign Direct Investment) seperti pada Peraga-4.

koleksi Arnold M.
koleksi Arnold M.
Sumber Informasi : OECD Statistics; masa 2013-2014 mencakup Triwulan-3 dan Triwulan-4 2013 dan Triwulan-1 dan Triwulan-2 2014; demikian seterusnya.

Peraga-4 menunjukkan bahwa aliran dana masuk FDI di India meningkat sementara aliran ke Indonesia dan Australia turun. Dengan gambaran turun aliran investasi (FDI) dapat disimpulkan bahwa penguatan nilai tukar Rupiah lebih disebabkan aliran dana investasi portofolio (FPI : Foreign Portfolio Investment). Sementara dana FPI sangat rentan gejolak dan dapat dengan seketika mengalir keluar. (Lihat artikel : Jangan Terbuai Indeks Saham dan Kurs Tukar, "Hot Money" Tidak Betah!).

Infrastruktur dengan Kemitraan dan Paket Ekonomi

Tidak dapat disangkal dan sudah merupakan pemahaman mendasar bahwa infrastruktur merupakan tulang punggung setiap kegiatan kehidupan; terutama perekonomian. Teori ekonomi dan berbagai kajian saling memperkuat pernyataan bahwa peningkatan investasi publik pada sektor infrastruktur dalam waktu singkat akan mendorong permintaaan; dan dalam rentang waktu panjang akan meningkatkan kapasitas produksi. Pada kondisi kemampuan dana publik (anggaran pemerintah atau fiscal) terbatas, diperlukan dukungan dan partisipasi serta kerjasama dengan pihak non publik atau swasta dan badan usaha; domestik serta (domestik atau asing). Secara umum, pola kerjasama yang dimaksudkan dikenal sebagai KPBU (Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha) atau PPP (Public Private Partnership). 

Sejak awal pemerintahan Kabinet Kerja yang kental dengan semboyan atau motto "Kerja - Kerja - Kerja" dan mengusung semangat Nawacita, menggunakan pembangunan infrastruktur sebagai tema utama dengan mendorong pola KPBU termasuk memberikan penjaminan dan pemanfaatan pinjaman luar negeri secara selektif. Sejumlah proyek infrastruktur strategis telah ditetapkan sesuai Perpres Nomor 3 2016 yang juga mencakup 30 (Tiga Puluh) proyek infrastruktur prioritas; tetapi hingga Desember 2016 pencapaiannya masih rendah. (Lihat pencapaian di sini). Dengan fakta pencapaian rendah berimplikasi dorongan atau peningkatan permintaan (demand) sulit terwujud dan implikasi selanjutnya peningkatan kapasitas produksi akan terhambat. Hal ini menunjukkan telah terjadi perbedaan akan pemahaman teori tentang infrastruktur dan manfaatnya dengan implementasi atau pelaksanaannya (lihat gambar paling atas).

Praduga sementara menunjuk pada resistensi dan keengganan birokrasi; serta sebaliknya tersirat keraguan atau kecemasan pihak badan usaha (domestik dan asing) terhadap keseriusan serta komitmen pemerintah dalam implementasi KPBU secara utuh dan konsisten. Tidak jauh berbeda dengan berbagai Paket Ekonomi yang diluncurkan sejak September 2015, hingga Desember 2016 mencapai 14 (empat belas) paket; jumlahnya sangat ambisius tetapi efektivitasnya diragukan sehingga perlu diuji.

Berdasarkan analisis seputar kinerja nilai tukar dengan berbagai permasalahan berkaitan dengan inflasi, perdagangan (ekspor-impor), faktor "hot money" dan fakta penurunan nilai investasi langsung (FDI); yang dibutuhkan bukan rapor presiden. Lebih penting dan genting "masukan kritis dan pemikiran jernih" untuk menghilangkan keengganan (resistancy) serta menghapus keraguan (hesitancy) agar pembangunan infrastruktur dengan skema KPBU dapat berjalan secara cermat, cepat, dan berkualitas; juga implementasi paket ekonomi berjalan mulus sehingga berimplikasi peningkatan investasi dan kegiatan usaha.

Arnold Mamesah - awal Januari 2017

(Selamat menapaki perjalanan sepanjang 2017 dengan pengharapan penuh !)

Catatan : modifikasi gambar pada 3 Januari 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun