Mohon tunggu...
Arnold Mamesah
Arnold Mamesah Mohon Tunggu... Konsultan - Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomics - Intelconomix

Infrastructure and Economic Intelligent - Urbanomic - Intelconomix

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Trilema Perekonomian Indonesia

27 Mei 2016   19:29 Diperbarui: 27 Mei 2016   19:39 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Trilema

Mencermati kondisi yang dihadapi perekonomian Indonesia, 3 (tiga) hal sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan membutuhkan penanganan khusus yaitu Infrastruktur, Investasi, dan Income atau Pendapatan melibatkan pendapatan negara khususnya melalui pajak dan pendapatan masyarakat. Ketiganya berkaitan erat dan saling mempengaruhi serta sulit untuk menentukan prioritas yang perlu segera diselesaikan. Kondisi demikian disebut : Trilema.

Investasi merupakan syarat perlu untuk memastikan peningkatan pertumbuhan masa mendatang; infrastruktur menjadi urat nadi kegiatan perekonomian yang selanjutnya merupakan faktor utama dalam "income" atau pendapatan.

Peringkat dan Indeks sebagai Indikator

Merujuk pada hasil "World Investment Prospects Survey" UNCTAD terhadap target "overseas-investment", Indonesia berada pada peringkat tinggi seperti diberikan pada Peraga-1.

Sumber Gambar: UNCTAD Survey
Sumber Gambar: UNCTAD Survey
Sumber Informasi : UNCTAD Survey

Dari peringkat UNCTAD, posisi Indonesia pada peringkat-3, terbaik dari antara ASEAN-6, dan India.

Merujuk pada kajian World Bank terhadap peringkat Ease of Doing Business dan World Economic Forum pada Global Competitiveness Index, peringkat Indonesia dengan ASEAN-6, India, dan China diberikan pada Peraga-2.

Sumber Gambar: World Bank Report
Sumber Gambar: World Bank Report
Sumber Informasi : World Bank Report (Ease of Doing Business) dan World Economic Forum (GCR : Global Competitiveness Ranking). Warna merah pada tabel merupakan 3 peringkat terendah dalam masing-masing kolom.

Salah satu faktor yang sering disebut sebagai kendala dalam investasi di Indonesia adalah infrastruktur dalam mendukung kegiatan perekonomian; peringkat Indonesia dibandingkan dengan ASEAN-6, India dan China diberikan pada Peraga-3.

Sumber Gambar: World Bank Report
Sumber Gambar: World Bank Report
Sumber Informasi : World Bank - Logistic Performance Index. Warna merah berarti 3 peringkat terendah; Indeks 1 (terendah) - 5 (tertinggi).

Merujuk pada realisasi Foreign Direct Investment (FDI) 2015, India merupakan pangsa terbesar seperti diberikan pada Peraga-4.

Sumber Gambar: Foreign Direct Investment Report 2016
Sumber Gambar: Foreign Direct Investment Report 2016
Sumber Informasi : Foreign Direct Investment Report 2016

Dari Peraga-4, India, Phillipine, Thailand dan Indonesia mengalami peningkatan FDI; sebaliknya China, Singapore, Malaysia, dan Vietnam turun. Sedangkan perbandingan pangsanya, India pada urutan teratas dan Indonesia pada peringkat-3.

Berkaitan dengan perbandingan antara wilayah FDI Global, Asia khususnya Selatan dan Tenggara (South & South East Asia) merupakan sasaran utama yang menjanjikan imbalan. Trend pertumbuhan FDI 2016 diprakirakan turun sekitar 5 % dengan sektor financial services mengalami penurunan hampir 30%.

Terobosan Klasik

Dari peraga-1, selayaknya Indonesia merupakan pilihan "overseas investment" terlebih jika "market-size" menjadi pertimbangan. (Populasi Indonesia pada peringkat-4, lebih besar dari antara ASEAN-6; di bawah China dan India). Tetapi memperhatikan "Logistic Performance Index", sektor infrastruktur sangat perlu perbaikan. Pertimbangan "market-size" tidak menarik jika daya beli Purchasing Power) yang dikaitkan dengan "income" turun atau lemah.

Sementara, dalam kondisi perekonomian tertekan, permintaan akan turun dan hal ini dapat dilihat indikasinya pada penurunan tingkat inflasi. Berkurangnya permintaan akan berdampak pada penurunan pendapatan dunia usaha, berimplikasi pada penurunan "income" tenaga kerja dan penerimaan pajak yang merupakan bagian pemerintah. Penurunan permintaan dan "income" membuat minat investasi turun. 

Dalam trend investasi global yang turun, termasuk domestic private sector yang masih bersikap konservatif, pilihan tinggal pada pemerintah untuk menjadi "primary actor" dalam menggerakan investasi dengan mengutamakan sektor infrastruktur. Penentuan proyek infrastruktur bukan pada skala "mega dan megah"; tetapi pada infrastruktur berdampak peningkatan kelayakan sarana publik (People Centric Infrastructure). Hal ini sejalan dengan semangat 17-Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals). Inisiatif pemerintah bergiat dalam investasi khususnya infrastruktur akan menstimulasi atau "menggoda" serta menarik minat "foreign investor" dan "domestic investor" untuk juga ikut berinvestasi.

Langkah ini merupakan "terobosan klasik"; sesuai dengan pesan ekonomis John Maynard Keynes : "Governments should borrow money and boost demand by pushing the money into the economy. Once the economy recovered, and was expanding again, governments should pay back the loans". Secara sederhana :  "Pemerintah harus "meminjam demi meningkatkan pasokan dana dalam perekonomian" untuk mendorong permintaan (dengan cara meningkatkan pembelian barang dan jasa setidaknya oleh pemerintah sendiri). Kelak saat perekonomian pulih dan berkembang pinjaman tersebut dikembalikan. Teori dengan pemahaman demikian pelaksanaan sudah terbukti berhasil di berbagai perekonomian lain sehingga tidak perlu ragu. 

Ibarat kata-kata bijak : There is nothing new below the sun !

Arnold Mamesah
Masyarakat Infrastruktur Indonesia & Laskar Initiatives - 27 Mei 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun