Mohon tunggu...
Arnol Goleo
Arnol Goleo Mohon Tunggu... Lainnya - GOLMEN

Penaku bercerita.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membangun Karakter Masyarakat Melalui Folklor

22 September 2022   04:03 Diperbarui: 22 September 2022   04:10 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pendidikan yang sekarang kita kenal adalah sekolah. Sehingga sebagai orangtua ketika anaknya mulai masuk usia lima sampai enam tahun mereka mulai mencari sekolah TK/PAUD yang cocok menurut mereka bagi anaknya.

Tujuannya, agar anaknya bisa mendapat pendidikan melalui suatu lembaga baik itu sekolah negeri atau sekolah swasta. Agar anaknya mendapat pendidikan dari lembaga tersebut dan kelak karakternya dapat dibentuk.

Sehingga itu menjadi panduan bagi anaknya mendapatkan ilmu serta moral melalui pendidikan tersebut. Dan kelak mereka dapat menghormati orangtua mau pun secara bermasyarakat yang telah didapat dari sekolah dimana anaknya itu bersekolah.

Namun kenyataannya jauh dari harapan orangtua. Mengapa? Kita tahu bersama bahwa, banyak kita jumpai di sekolah dan kejadian-kejadian yang menyedihkan seperti "siswa memukul bahkan membunuh gurunya sendiri." Apakah ini yang disebut dengan berkarakter dan berbudaya?

Bukan hanya itu, orang yang dikatakan pintar dan lulus di Perguruan Tinggi ternama yang dibekali dengan ilmu pengetahuan namun ujung-ujungnya korupsi. Salahnya dimana? Apakah pada orangtua? Atau salah dalam hal mendidik anak di sekolah?

Sekarang kita mundur dan menilik ke belakang sebelum adanya sekolah formal seperti saat ini. Dulu pembentukan karakter (pendidikan) masyarakat atau anak melalui folklor atau cerita rakyat atau melalui dongeng.

Sampai di sini, pasti anda sudah berpikir yang tidak-tidak (tidak masuk akal, tidak mungkin dan lain-lain). Ketika mendengar ini pasti anda bertanya-tanya pula; Apa itu folklor? Apa bisa mendidik anak melalui folklor?

Sebelum kita lanjut dalam penulisan ini. Alangkah baiknya kita urai sedikit tentang folklor atau arti dari folklor itu sendiri. Folklor dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya adat-istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun, tetapi tidak dibukukan. Singkatnya, cerita rakyat yang diwariskan secara lisan.

Pertanyaannya: apa masih ada folklor saat ini? Mengapa folklor diwariskan secara lisan dan bukan tulisan? Apa manfaat dari folklor yang bisa diambil dalam hidup bermasyarakat?

Folklor sendiri bisa kita jumpai di semua daerah di Indonesia, namun seiring perkembangan zaman folklor mulai ditinggalkan, bahkan sebagian sudah ditinggalkan karena dianggap sebagai takhayul.

Folklor diwariskan secara lisan oleh nenek moyang dahulu sebab mereka belum mengenal tulisan. Folklor juga, memiliki nilai sosial atau ungkapan atau pengajaran kepada masyarakat atau generasi berikutnya tentang kehidupan bermasyarakat melalui cerita yang disebut dengan dongeng atau legenda (Endraswara, 2018).

Sekarang, bagaimana dengan di daerah anda? Apakah folklor masih ada? Apa masyarakat di daerah anda masih memelihara folklor sampai sekarang? Bagaimana dengan pandangan anda tentang folklor? Apakah kita masih harus memelihara folklor di era modern?

Melihat uraian singkat di atas, kemudian saya menengok kebudayaan saya sendiri, folklor "sudah mulai ditinggalkan, sedikit pun tak dibicarakan atau mendengar mereka bercerita tentang folklor." Seperti halnya yang telah disebutkan atau dijelaskan bahwa masyarakat saat ini beramai-ramai meninggalkan folklor karena dianggap takhayul.

Sebenarnya dulu masyarakat tanpa diketahuinya ia telah didik melalui dongeng atau cerita rakyat. Tentang moral atau kebudayaan yang diwariskan kepada mereka. Sebab, hanya melalui itu (lisan) mereka mendidik generasinya sebagai panduan kelak dalam hidup bermasyarakat. Namun sangat disayangkan folklor sekarang perlahan mulai "menghilang atau ditinggalkan" oleh masyarakat.

Bagaimana dengan di daerah anda apakah folklor masih dipelihara sebagai bagian dari kebudayaan?

Bailengit, 21 September 2022

Arnol Goleo   [22:47]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun