Mohon tunggu...
Sabarniaty Saragih
Sabarniaty Saragih Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu rumah tangga dengan tiga anak

Tampil apa adanya dan selalu berusaha melakukan yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Benci Semua Lelaki (Bagian 1)

15 Agustus 2020   18:02 Diperbarui: 15 Agustus 2020   17:56 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Dari cermin aku melihat lelaki tua itu berdiri dibelakangku, menatapku dengan linangan air mata. Entah apa yang dipikirkannya. Mungkin dia sedang menyesali diri atau sedang mempersiapkan diri untuk melihat kematianku.

Setelah melalui proses yang panjang, putus nyambung berkali-kali akhirnya orangtuaku merestui hubungan kami. Aku dan Rendy yang sudah berpacaran selama 7 tahun akan melangsungkan pernikahan.

Aku sangat antusias dengan pernikahan ini, merasa lega akhirnya ayahku memberi restu untuk menikah dengan Rendy. Ayah tidak pernah suka hubungan kami hanya karena Rendy berdarah Manado. Ayah beralasan jika aku menikah bukan dengan orang Batak maka nantinya aku akan semakin jauh dari keluarga. Mengingat aku juga anak tunggal yang lahir setelah 10 tahun usia pernikahan mereka. Tidak lama setelah aku lahir, rahim ibuku harus diangkat karena penyakit tumor, jadi praktis aku anak mereka satu-satunya.

Sebulan menjelang hari pernikahan yang telah ditetapkan, aku harus menelan pil pahit. Keluarga Rendy bersikeras membatalkan pernikahan kami. Tidak terkira malu yang harus kutanggung dan juga kerugian materi. Undangan, gedung, dekorasi, souvenir bahkan baju pengantin tinggal kenangan.

Entah bermula darimana sampai-sampai ayahku emosi dalam pertemuan keluarga yang membahas tentang pernikahan kami. Emosi ayahku membuat orangtua Rendy tersinggung.
Hubunganku dengan Rendy pun memanas. Jelas saja kami masing-masing memihak orangtua kami.

Beberapa hari kemudian dalam suasana hati yang sudah tenang, kami berdua membicarakan hal ini.
Dengan memohon bahkan "mengemis" kepada Rendy tapi dia tetap pada keputusan untuk membatalkan pernikahan.

Aku mulai membenci ayahku. Seandainya ayah tidak emosi, mungkin tidak akan berakhir seperti ini. Hubunganku dengan ayah mulai retak. Pun dengan Rendy tidak pernah kontak sama sekali.

Hampir setahun berlalu, kemudian aku bertemu dengan Anwar. Anwar adalah seorang dokter spesialis jantung. Orangnya ganteng, ramah dan humoris. Aku bertemu dengannya di sebuah Rumah Sakit ketika aku mengantar ibu berobat ke dokter Mira yang adalah sepupuku. Kebetulan Anwar dan Mira sedang berbincang, lalu Mira mengenalkan aku sebagai sepupunya dan ibuku sebagai tantenya.

Cinta pada pandangan pertama, mungkin itu yang dirasakan Anwar terhadapku. Setelahnya bisa ditebak kalau aku dan Anwar mulai berpacaran berkat bantuan Mira. Kehadiran Anwar perlahan-lahan menutup kenanganku tentang Rendy. Orangtuaku sudah pasrah dan tidak melarangku berpacaran dengan Anwar, walaupun Anwar asli keturunan Jawa.

Hubunganku dan Anwar sudah berjalan beberapa bulan dan baik-baik saja. Walaupun kami belum membicarakan pernikahan tapi kami tahu hubungan kami serius. Ditengah kesibukannya praktek, Anwar masih sempat meluangkan waktu untukku di akhir Minggu untuk ketemu. Kadang-kadang akupun menemaninya dalam kegiatan amal yang diadakan oleh mereka sesama dokter.

Di suatu hari Minggu, Anwar dan rekan-rekannya mengadakan kegiatan pengobatan gratis dan donor darah di Bogor. Awalnya aku tidak berniat ikut tapi karena Anwar memaksa, akhirnya aku ikut bersamanya. Disana juga ada Mira sepupuku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun