Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dual

15 Juni 2016   12:22 Diperbarui: 15 Juni 2016   12:42 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lelaki berjaket kulit cokelat memencet beberapa tombol di ponsel. Ketika nomor yang ditekan sudah tertera di layar, dia langsung menekan tombol hijau yang berada di sebelah kiri, meletakkan ponsel di lubang telinga sebelah kanan.

            “Halo, adikku,”

            “Oh, halo kakak, ada perlu apa kau meneleponku?”

            “Aretha, apa kau sudah mendapatkan target yang diinginkan agen kita?”

            “Kebetulan sekali, aku sudah membawa mayat pelacur jalanan yang baru saja kubunuh.”

            “Bagus.Kau tahu kan harus dibawa ke mana mayat itu?”

            Aretha berdeham menjawab pertanyaan dari kakaknya, Alvaro.

            “Kalau begitu, aku akan menemuimu ke sana.” Alvaro menekan tombol merah lalu memasukkan ponsel miliknya ke dalam saku celana. Lelaki itu merapikan posisi topi, kacamata hitam dan jaket yang dikenakan. Alvaro Utaena harus menyamarkan penampilan seapik mungkin agar terhindar dari intaian polisi.

+++

            Akhir-akhir ini, kasus pembunuhan dan penculikan marak terjadi di kota Bekasi. Namun beruntung, polisi yang menangani kasus itu berhasil menemukan modus operandi yang digunakan pelaku dalam melancarkan aksinya. Kebanyakan korban yang dibunuh dan diculik merupakan orang-orang yang bermasalah dalam sosial.

            Kasus penculikan dan pembunuhan pertama kali terjadi pada seorang anggota DPRD kota Bekasi, Hasan Ali Imron. Para saksi yang dikumpulkan polisi mengatakan bahwa Hasan sedang mengendarai Alphard ketika ia baru pulang dari kafe karaoke. Mungkin sudah sepuluh menit Hasan dan mobilnya melintas Duren Sawit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun