Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perjanjian

28 Juni 2019   21:18 Diperbarui: 28 Juni 2019   22:26 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku pernah bermimpi diterbangkan berjuta angan-angan pasti,

dielu-elukan di atss puncak dunia yang penuh derita

Aku memerintah mereka, segala yang dilupakan dan terlupakan

segala yang hatinya dipatahkan lalu tak bisa lagi kusatukan

Mereka yang harapannya dipecundangi lalu diludahi

Aku di sini ada tuk selamatkan jiwa-jiwa yang hampir mati

Aku di sini tuk mengobati hampa hati yang buatmu tak punya jati diri

Jangan pernah meragu

Aku utusan sang mahafardhu

yang mampu wujudkan asal muasal semu menjadi padu

Aku utusan sang mahakudus

tuk tahirkan tubuh kotormu menjadi suci bersih

bahkan, tanah yang kau pijak kan tumbuh bunga-bunga harapan bertuaikan sukacita

Udara yang tiap detik kau hembus hirup kan jadi napas yang tiada habis

Sujudlah

Sembahlah

Aku adalah mata tunggal

yang tahu seisi hatimu, seisi ruang pikiranmu

Mana mungkin sampai ke dasar laut,ke inti bumi, ke atmosfir teratas  kau sembunyikan hasrat buasmu

Bersamaku kita bangun dunia tanpa si pecundang yang terus merana dihina sang kaya yang merasa dirinya penguasa

Tandailah diriku dalam dirimu,

di depan dahimu, di atas jabat tanganmu

Bila kau bersekutu denganku, terpenuhilah haliah materi batiniah

Kau tidak akan merasa hampa diluka cinta yang sebenarnya cinta ialah jembatan emosi yang menghubungkan seksualitas

Cinta adalah hasrat purba untuk meregenerasi keturunan

Kau kan dapatkan apa yang kau mau

Kau tinggal bersumpah janji

di atas tetes darah pertamamu

"Aku akan mengikutimu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun