Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bohemian Rhapsody

11 Februari 2019   20:31 Diperbarui: 11 Februari 2019   21:20 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.pinterest.com/bobdewald

Di sinilah aku sekarang. Di sebuah ruangan yang dibatasi teralis besi yang mengasingkanku dari keluarga dan duniaku. Namun aku tidak sendirian di dalam sini. 

Aku bersama seorang lelaki yang seumuran denganku dan sering kuajak berbincang-bincang. Namanya Jhonson. Dia sudah mendekam di penjara  selama tiga tahun.

Ia bercerita padaku kalau dirinya divonis selama lima tahun penjara akibat mencuri tiga potong roti untuk makanan kedua adiknya. Ia sama sepertiku. Ia berasal dari keluarga orang miskin. Tak punya uang untuk menyewa pengacara agar hukumannya bisa dikurangi dan terpaksa menjalani hukuman sesuai putusan vonis hakim agung.

Ketika aku sedang berbicara dengan Jhonson, aku melihat dua orang polisi menuju ruangan penjaraku sambil membuka , "Bersiaplah. Hari ini merupakan pembacaan putusan vonismu olehhakim agung." Saat polisi mengatakan hal itu padaku, jujur aku merasa degdegan bercampur dengan khawatir. 

Kudengar cerita dari Jhonson, mereka yang terlibat kasus pembunuhan paling lama menjalani hukuman 10 tahun penjara. Aku berdoa dalam hati semoga putusan vonis hakim bisa lebih ringan. Jikalau aku dipenjara sampai selama itu, siapa yang akan menafkahi Ibu dan adikku? Siapa yang akan menjaga mereka? Aku berharap Tuhan masih berbaik hati padaku.

Dua puluh lima menit perjalanan menuju gedung pengadilan. Kedua kakiku sudah melangkah menuju ruang pesakitan tempat para hakim dan jaksa agung akan menjatuhi hukumanku. Aku melihat ibu dan adikku sudah berada di barisan di belakang kursi yang akan segera diduduki.

"Dengan menimbang keputusan majelis hakim bahwa terdakwa Edgardo terbukti bersalah melakukan pembunuhan berencana dan perampokan pada saudara Filipi Kons, maka terdakwa dijatuhi hukuman mati di kursi listrik. Terdakwa akan dieksekusi pada tanggal 26 Juni. Demikianlah pembacaan hasil putusan vonis hakim agung." 

Hakim agung mengetuk palu tiga kali menandakan hukumanku telah sah diberlakukan. Kedua mataku mendelik, bibirku bergetar begitu mendengar putusan vonisku. Aku menggeleng tak percaya. Seberapa parahkah kejahatanku sampai aku harus menerima hukuman itu? Aku menoleh ke kiri, melihat ibu dan adikku menangis tersedu-sedu. Aku pun tidak bisa berbuat banyak untuk menghentikan semua ini.

***

Dua minggu berlalu sudah. Aku sudah lama mendekam di sel khusus. Tibalah saatnya aku akan menjalani eksekusiku. Selama dua minggu itu pula aku tak henti-henti merutuki kemalanganku. Aku membayangkan ketika aku mendengar vonis hukuman mati, aku merasa bukan hanya bulu romaku merinding, bahkan pembuluh darah dan darah di dalamnya berdesir lebih kencang. Detak jantungku semakin tak karuan. Lewat kertas dan pena aku menuliskan salam perpisahan kepada ibu. Kepada adikku. Kepada seluruh orang yang menyayangiku. Aku harus pergi meninggalkan mereka semua. Aku kehabisan kata-katadan daya untuk menuliskan betapa malangnya hidupku.

Puncaknya aku mencampakkan buku dan pulpenku. Aku menangis sejadinya. Dalam hatiku, mama, aku tidak mau mati. Aku tidak mau berakhir tragis di atas kursi listrik. Hidupku masih panjang. Seandainya aku tahu kalau hidupku akan seperti ini, aku berharap aku tidak pernah dilahirkan sebelumnya. Jika aku tidak dilahirkan, tidak mungkin aku menghadapi persoalan pelik seperti ini. Tapi... tapi semuanya sudah terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun