Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tumbal Arwah Jelangkung - 8

26 Februari 2016   18:36 Diperbarui: 26 Februari 2016   18:56 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Seusai membagi tugas, lonceng pertanda masuk kelasberdering keras, menggaung ke seluruh penjuru sekolah. Heru memilih pergi ke kamar mandi sedangkan Donni langsung menuju ke kelasnya.

Donni memacu sepeda motornya keluar dari gerbang sekolah sedangkan Heru masih bersembunyi di balik ruang guru. Di sana, ada seorang guru yang dihadapkan dengan beberapa tumpukan buku-buku tulis yang siap diperiksa. Heru terus mengawasi tanpa memalingkan sedikit pun pandangan matanya. Tak butuh waktu lama, guru tersebut meraih tas jinjing yang terletak di mejanya. Heru cepat-cepat menyelinap di dalam kamar mandi guru agar ia tak ketahuan.

Heru menyingkap celah pintu agar ia bisa melihat apa yang dilakukan oleh guru tersebut. Dilihatnya guru tersebut makin menjauh, ia memutuskan keluar dari kamar mandi. Ia mengatur langkah kakinya gara sang guru tidak curiga bahwa ia sedang dibuntuti.

Sang guru berbelok ke kanan ke arah ruang koperasi setelah melewati ruang laboratorium. Pelan-pelan diaturnya langkah kakinya namun matanya tetap awas dengan targetnya. Heru menghentikan langkahnya di kamar mandi perempuan. Ia berdiri di samping dinding kamar mandi. Ia tak bisa melihat lebih dekat, siapa yang akan dijumpai oleh sang guru di ruang koperasi.

Sang guru sudah sampai di ruang koperasi. Ia tak sendirian. Ia disambut oleh seorang laki-laki berambut cepak, berbadan tinggi. Sang guru terlihat membicarakan hal yang cukup serius padanya—hanya itu yang bisa diamatinya dari sana.

“Sepertinya, aku mengenali laki-laki itu,” ungkap batinnya.

Sang guru menyerahkan sebuah amplop coklat yang Heru sendiri tak tahu apa isinya.

“Ah sial! Seandainya aku bisa mendekat,” maki Heru dalam hati.

“Tapi hal ini akan segera kuberitahu pada Donni.”

Donni sudah tiba di rumah Lina. Ia menggas sepeda motornya lebih cepat dari biasanya. Bahkan, ia hampir saja diserempet truk colt diesel. Ia bersyukur bisa mengelak tanpa mengalami luka sedikit pun.

Donni menghentikan sepeda motornya begitu sampai di halaman rumah Lina. Ia yakin kalau keluarga Lina adalah keluarga yang gemar berkebun. Itu terbukti dengan banyaknya pohon buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat-obatan. Tak hanya banyak, pohon-pohon itu tampak terawat, tak ada gulma yang tumbuh di sampingnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun