Tak berapa lama, perempuan itu datang dengan menenteng sebuah kunci di tangan kanannya. Ia mendekati gembok lalu memasukkan kunci ke dalamnya.
“Masuklah.” ucap perempuan itu.
Dua laki-laki itu mendorong pagar selebar bahu mereka. Perempuan itu jalan lebih dahulu. Keduanya mengikut dari belakang.
“Boleh aku tahu namamu?” tanya Heru.
“Namaku Alisya.” Jawabnya seraya melirik sedikit ke belakang.
“Kamu anaknya mas Payino?” sela Donni.
Alisya hanya menangguk sekali. Ia tak terlalu antusias berbicara dengan mereka. Ketiganya sudah tiba di depan rumah mas Payino.
“Pak, ini dua orang laki-laki yang mencari bapak.”
Mas Payino yang sedang mengunyah nasinya, menyuruh mereka masuk termasuk putrinya. Usai melepas sendal, keduanya duduk di atas dipan yang memang sudah tersedia di rumah itu. Mas Payino pergi ke dapur menyimpan piring bekas makanannya sedangkan keduanya masih menunggu dengan sabar. Semenit berselang, pak Payino datang dan menyambar serbet yang berada di atas kulkas, disekanya mulutnya dan tangannya yang basah oleh air.
“Ada perlu apa kalian mencari saya?” pak Payino meletakkan kembali kain serbet yang diambilnya.
Keduanya diam sesaat—beradu pandang seolah ingin memutuskan siapa yang terlebih dahulu akan mengajukan pertanyaan. Heru dan Donni kembali memalingkan pandangannya ke arah mas Payino.