Donni menekan pedal rem pelan-pelan lalu memundurkan persneling hingga netral. Ia mematikan mesin sepeda motornya kemudian berdiri di depan pagar rumah Heru.
“Heru... Heru...,” Donni memanggilnya dengan suara nyaring.
“Ada apa, nak?” suara itu menyapa Donni ketika pintu tamu terbuka. Memunculkan seorang perempuan paruh baya membawa sebuah kunci.
“Heru ada di dalam, bu?”
“Oh ya, dia lagi main PS di kamarnya.”sahut wanita itu seraya membukakan gembok yang mengunci pagar itu.
Donni mendorong pagar usai gemboknya terbuka. Di sana, ia bisa melihat suasana rumah Heru sama dengan suasana rumahnya. TV LCD itu masih menampilkan tayangan sinteron yang khas untuk kaum ibu-ibu sedangkan ayah Heru sedang sibuk menyimak koran yang berada di hadapannya.
“Heru, ini teman kamu datang.”
“Suruh saja dia datang ke kamarku.” ujar Heru dari dalam kamarnya.
Donni langsung beralih ke kamar Heru begitu mendapat perintah dari temannya. Kamar Heru tak jauh dari ruang tamu, mungkin sekitar 10 meter dari sana.
“Masuk saja, Don. Enggak dikunci kok.”
Ia menekan gagang pintu yang berada di dekatnya. Didorongnya pelan dan terlihat Heru sedang asyik memainkan stick PS-nya. Tatapannya tertuju pada para pemain yang digerakkannya melalui stick itu.