Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tumbal Arwah Jelangkung - 6

22 Februari 2016   18:43 Diperbarui: 22 Februari 2016   19:02 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Lina beranjak dari sana menuju kantin. Ia meminta kepada petugas kantin untuk dibuatkan air hangat dalam sebuah gelas. Mereka memberikannya. Lina langsung bergegas dari kantin. Ia tak mau sahabatnya menunggu lama.

Ternyata, Shanti masih berada di sana. Matanya tak henti menatap lurus ke arah papan tulis. Entah apa yang dilihatnya di sana. Sekali lagi, ia tak mau berpikir macam-macam. Lina langsung saja memberikan air itu pada Shanti.

Shanti meminumnya tersendat-sendat. Ia tak langsung menghabiskan air itu dalam satu teguk, tapi air itu sengaja ditahan di kerongkongannya. Gelas itu masih melekat di bibirnya, tak mau dilepaskannya.

“Shanti, Shanti kamu kenapa, Shan?“ tanya Lina panik.

Gelas yang dipegang oleh Shanti terjatuh. Air didalamnya tumpah. Lina tercekat. Ia mulai was-was ketika Shanti memelototi dirinya. Seolah ia ingin sekali melumat-lumat tubuhnya. Shanti melemparkan seringai lebar pada Lina yang berada di depannya. Wajah Shanti tampak menyeramkan dengan seringai yang ditorehkannya. Lina mundur dua langkah dari hadapan Shanti

“Kau takkan bisa lari...“ desis Shanti lemah.

Shanti secepat kilat mencengkeram leher Lina. Ia shock.. Lina kesulitan mengatur irama napasnya. Mulutnya megap. Rasa sesak terbakar mulai menjepit dadanya.

“Shanti hentikan... Uhuuukk... Uhuuukk,“ Lina mencoba mencari celah bernapas tetapi ia malah kesulitan dibuat Shanti.

Beberapa siswa yang mendengar rontaan lemah Lina, berbondong-bondong menuju kelas. Dua siswa laki-laki kesulitan melepaskan cengkeraman Shanti dari leher Lina. Tenaga Shanti cukup kuat. Sekali hentakan tangan, mereka semua terlempar. Sementara itu, Lina masih mencoba bertahan dari cekikan Shanti. Namun, usaha mereka tidak sia-sia, begitu tujuh orang siswa laki-laki serempak menarik tubuh Shanti. Mereka berhasil.

Lina terbebas. Ia masih trauma dengan kejadian yang dialaminya. Wajahnya pucat pias. Pikirannya masih menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi dengan sahabatnya.Entahlah. Matanya berkunang-kunang. Sesak masih menghimpit dadanya. Diliriknya ke depan, Shanti sudah tak sadarkan diri.

Lina sudah dibawa ke ruang UKS. Seorang anggota PMR memberikannya segelas air hangat. Lina langsung menyambutnya. Sekali tenggak saja, air itu sudah habis ditelan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun