Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tumbal Arwah Jelangkung - 6

22 Februari 2016   18:43 Diperbarui: 22 Februari 2016   19:02 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Bola itu sudah dipegang oleh sang kapten, Adi. Namun, ia memilih memanggil Donni.

“Don, aku serahkan ini padamu.“ ungkap Adi penuh kepercayaan sambil menyerahkan bola yang berada dalam genggamannya pada Donni.

Adi mundur. Sekarang, bola berada dalam genggaman Donni. Ada ras cemas dan khawatir ketika ia menggenggam bola itu. Tapi, Adi sudah mempercayakan bola itu padanya. Ia tak boleh gugup apalagi ragu.

Donni menarik napas dan dihelakan panjang. Dia sudah siap melakukan shooting. Ia memantulkan bola itu sebanyak dua kali dan didekap lagi di tangannya. Donni memincingkan matanya guna mengukur akurasi tembakan bola dengan jarak ring. Donni langsung meluncurkan bola ke ring setelah ia menemukan angle yang pas untuk bidikannya. Bola itu meluncur gesit di udara. Ring besi bergetar, menerima hentakan keras dari lemparan bola Donni.

Masuukkkk!

Sekali lagi, sorakan dan tepuk tangan riuh para penonton membahana di area sekolah. Jeritan histeris terdengar dari lantai dua gedung sekolah. Banyak para perempuan memuji-muji nama Donni bak pemain basket internasional. Tak habis-habisnya, Donni dielu-elukan seluruh teman-temannya. Ia sangat bangga sekali pada saat itu.

Namun dari kejauhan, Donni melihat sekilas, seorang perempuan tersenyum padanya. Manis sekali. Ia hanya membalas senyuman itu kemudian berpaling dari hadapannya. Ia mengenali gadis yang tersenyum itu—Lina. Rupanya, gadis itu tak sengaja mencuri perhatiannya. Diam-diam, Donni juga menaruh hati pada Lina.

“Hey kawan, good job.“ puji Adi yang muncul dari belakang.

“Nevermind.“ balas Donni.

Hati Lina berbunga-bunga begitu Donni membalas senyumannya. Sangking bahagianya, Lina mengahyal jika Donni akan berlari dan memeluk dirinya mesra. Khayalan yang begitu sempurna sampai membuatnya senyum sendiri. Namun, khayalan tetaplah khayalan. Butuh waktu dan keajaiban untuk mewujudkannya menjadi kenyataan.

Lamunan indahnya seketika buyar melihat Shanti sudah menuju ruang kelasnya .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun