Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tumbal Arwah Jelangkung - 6

22 Februari 2016   18:43 Diperbarui: 22 Februari 2016   19:02 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Jam sembilan malam. Shanti dan sepeda motornya baru saja tiba di rumah. Jarak rumah Shanti memang lebih jauh daripada Lina. Setiap harinya, ia harus menempuh jarak 15 km dari rumah menuju ke sekolahnya. Baginya, 15 km bukanlah jarak yang jauh,malah terlalu dekat untuk sebuah perjalanan.

Srik! Srik!

Suara gemerisik sekilas mengusik perhatian Shanti. Ia mengamati sekelilingnya. Tak ada apapun. Suara gemerisik itu cuma lewat saja tanpa memperlihatkan wujud. Shanti mendecak pelan sambil membuka pintu rumahnya. Ia berusaha menyingkir gambaran ketakutan di dalam kepalanya.

Kreeitt!

Daun pintu berderit ketika Shanti mendorongnya. Sebelumnya, ia terlebih dahulu membuka sepatu dan kaus kakinya di depan keset. Meletakkannya di rak sepatu yang disediakan. Ia juga menaruh sepeda motornya di dalam ruang tamu. Shanti mencari sakelar lampu kemudian menekan tombolnya. Lampu menyala. Sinaran lampu menerangi seisi ruang tamu tapitak ia temukan seseorang di sana.

“Ayah... Ibu... kalian di mana?“

Shanti memanggil-manggil orang tuanya, namun, ia tak mendapatkanbalasan dari panggilannya. Entah ke mana semuanya pergi. Dia sendirian di dalam rumah.

Ia bingung harus berbuat apa. Biasanya, jika ayah atau ibunya pergi secara mendadak, minimal, mereka akan memberitahukan padanya melalui SMS atau telepon. Tapi, dari tadi sore sampai malam ini, tak ada satu pun SMS atau telepon yang masuk ke Handphone-nya. Yang ada hanya SMS dari pacarnya, Ricco, yang tak sempat dibalasnya.

“Ayah... ibu...“ panggilnya sekali lagi dengan meninggikan volume suaranya.

Tak kunjung mendapat sahutan dari ayah dan ibunya, Shanti berinisiatif mencari orang tuanya di kamarnya. Mungkin kedua orang tuanya sedang tidur pulas hingga dirinya pulang pun mereka tak mengetahuinya.

Shanti tinggal bersama dengan orang tuanya. Desita, kakaknya, sudah menikah setahun lalu dan kini tinggal bersama suaminya di Bandung. Azwar, abangnya, sedang menyelesaikan studi Teknik Sipil di ITB. Kini, hanya dirinya saja yang tinggal bersama orang tuanya, membantu usaha jajanan kaki lima yang ditekuni ayahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun