Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tumbal Arwah Jelangkung - 5

21 Februari 2016   20:38 Diperbarui: 21 Februari 2016   22:07 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

                “Aku merasakan ada hal aneh. Mungkin kematian mereka itu sudah ada yang merencanakan. Dan kamu juga lihat kan, kematian mereka juga mengenaskan banget.“ urai Shanti.

                “Iya, setuju banget.“ timpal Fanny.

                “Lupakan saja. Lebih baik, habiskan dulu makanan kalian baru kita bisa selfi-an. Gimana?“ pungkas Lina.

                “Ok. Tunggu dulu ya, ini paha ayam belum kuhabiskan.“ ujar Shanti sambil mengunyah daging ayam yang berada digenggamannya.

                Mereka bertiga sama lahapnya menyantap fried chicken dan segumpal nasi yang berada di atas piring mereka. Hanya butuh 10 menit, tak ada sebutir nasi melekat di piring mereka. Tak sedikitpun. Ketiganya tenggelam dalam rasa nikmat dan kenyang yang bertumpuk satu di dalam perut mereka. Mereka beralih menuju kamar mandi, membersihkan tangan dan mulut mereka yang mungkin masih tersisa butiran nasi dan saus tomat.

                Usai menyeka tangan dan mulut mereka, mereka sudah kembali ke meja. Fanny membuka tas lalu mengambil tongsis di dalamnya.

                “This time to selfie.“ ujar Fanny riang.

                Fanny menaruh Smartphone-nya pada pengait, menarik tongsisnya lebih panjang lagi. Berbagai macam pose ditunjukkan di depan Secondary Camera. Tersenyum, merengut, bibir monyong sampai mengancungkan dua jari bertanda peace, semua pose diekspresikan lewat kamera. Ketiganya tertawa puas sambil melihat-lihat hasil jepretan foto mereka. Dan jika masih sempat, hasil foto yang bagus, akan dicuci kemudian diberikan masing-masing satu foto untuk mereka.

                Tak terasa jam tangannya menunjukkan pukul 20.15. Sudah malam rupanya. Baru saja Lina tiba di rumahnya.

                “Makasih ya Shan, buat tumpangannya.“

                “Sama-sama Lin. Oh, jangan lupa mengerjakan pr matematika, kamu gak mau kan sampai dihukum ibu Hesty?“

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun