Dia tak lagi memikirkan PR-nya. Yang ada, dia hanya ingin melihat pelantikan Doni sebagai ketua OSIS menggantikan Prakoso. Akhir-akhir ini, dirinya begitu simpatik dengan Donni. Seorang wakil ketua OSIS, yang sebentar lagi akan dilantik menjadi ketua OSIS. Laki-laki ganteng, menawan, dengan gaya cool begitu mencuri perhatiannya. Walaupun dia agak cerewet, hal itu yang membuatnya semakin tertarik dengan Donni.
Angkutan yang ditumpanginya sudah tiba di sekolah. Lina dan adiknya segera turun dari angkutan. Bola mata Lina mengarah ke arloji. Arlojinya menunjukkan pukul 07.10, masih tersisa lima menit lagi.
“Santai sajalah. Lagipula apel pagi kok.” Lina membatin.
Lonceng telah berbunyi. Para siswa berhamburan keluar kelas menuju ke lapangan untuk melaksanakan apel pagi. Lina dan Shanti memilih berjalan di belakang kerumunan agar tidak saling berdesakan. Sambil berjalan,mereka sibuk memperbincangkan sesuatu.
“Shan, kamu lihat si Indra gak?“
“Si Indra? Mana kutahu, Lin. Dia bukan satu kelas kita kok.“
“Soalnya, saat aku mau datang ke kelas, aku melihat si Indra jalan ke sana,“ ujarnya sambil menunjuk tempat parkir sepeda motor. “Tapi tiba-tiba, menghilang begitu saja. Gak tahu ke mana...“
“Ah, itu cuma perasaan kamu aja, Lin. Kamu gak tahu, si Indra ‘kan tukang telat. Dia selalu terlambat lima menit dari jadwal apel pagi.“ tukas Shanti.
“Ok ok. Sepertinya kita harus cepat. Pak Brahman sudah mengomel seperti ibu-ibu.“ tutup Lina sambil mempercepat langkahnya.
Seluruh siswa sudah tiba di lapangan. Pagi ini, cuaca tidak terlalu cerah, cenderung berawan. Suasana di lapangan begitu tenang. Semuanya mendengar dengan saksama wejangan yang diberikan oleh Pak Brahman sekaligus memberitahukan bahwa sekolah akan mengadakan beberapa perlombaan dengan mengundang salah satu sekolah negeri di kota ini.
“Aduh, lama banget sih, Pak Brahman. Sudah gak sabar nih, lihat Donni dilantik jadi ketua OSIS. “ Lina menggerutu sambil melihat-lihat arlojinya.