Di meja, tersedia tiga lapis telur dadar bersambal cabe merah. Mengundang air liur untuk segera menyantap apalagi nasinya masih hangat. Lina mengambil piring ayahnya terlebih dahulu. Ia meletakkan nasi dan telor di atas piring lalu diberikan kepada ayahnya. Begitu pula dengan adiknya.
“Kak, apakah betul di sekolah nanti, akan diadakan acara pelantikan ketua OSIS baru?“ tanya Rafly sambil mengunyah nasi yang berada dalam mulutnya.
“Rafly, habiskan dulu nasi yang ada di mulutmu, baru bicara. Nanti kamu bisa tersedak.“ tukas ayah sambil memajukan piring kosongnya.
“Kamu tahu juga ‘kan, bahwa ketua OSIS kita, Eddy Prakoso, sudah meninggal dunia karena kecelakaan. Maka,jabatannya akan digantikan wakil ketua, Donni.“ tutur Lina.
“Kok kakak bisa tahu sih?“ tanya Rafly.
“Ya jelas tahu lah. Kakak ‘kan seksi OSIS.“ jawab Lina.
“Hahaha, Rafly bercanda, kak.“ kelakar Rafly.
“Apa kalian tidak terlambat masuk sekolah?“ tukas ayah sambil meninggalkan kedua anaknya.
Sarapan keduanya sudah habis. Hanya tersisa piring-piring kotor yang tergeletak di atas meja makan. Dan tiba waktunya,mereka berangkat ke sekolah.
15 menit sudah terlewati. Baru kali ini, suasana angkutan cukup padat. Beraneka bentuk tubuh memadati tempat duduk di dalam angkutan. Tiba-tiba saja, Lina menepuk jidatnya pelan.
“Oh ya, aku lupa. Hari ini ‘kan ada PR matematika dan bahasa Inggris. Tinggal sedikit lagi yang belum siap. Tapi biarlah. nanti di sekolah, tinggal menengok punya kawan.“ujar batin Lina.