Mohon tunggu...
Arman Syarif
Arman Syarif Mohon Tunggu... Guru - Pencinta kopi dan sunyi

Lahir di Togo-togo, Jeneponto, Sul Sel. Instagram : arman_syarif_

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Dalam Selimut Asap Beracun

16 September 2019   09:54 Diperbarui: 16 September 2019   10:01 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: genpi.co

Ribuan orok terisak-isak di kaki langit
sambil menghirup asap beracun
sedang ibunya lari tunggang-langgang
para gadis kehilangan wajah rupawan
segala macam polesan pupur
tak bisa lagi memikat hati lelaki

ratusan sekolah ditutup
sebab asap hendak menjadi pengajar mematikan
buku-buku menganggur lusuh
karena sorot mata
tak mampu menangkap warna aksara

sementara,
di lautan luas
tongkang-tongkang tersesat
ikan-ikan linglung
hendak ke mana
tanpa cahaya lembut sang surya

lalu,
ketika risau bertalun di mana-mana
tiba-tiba sekumpulan emak-emak
masuk ke jalan raya memekik
sambil memaki-maki ulah anaknya
yang membakar hutan lahan

satu di antaranya lantang berteriak:
"aku menyesal telah melahirkan kalian"

(Makassar, 16/09/2019)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun