Mohon tunggu...
Arman Syarif
Arman Syarif Mohon Tunggu... Guru - Pencinta kopi dan sunyi

Lahir di Togo-togo, Jeneponto, Sul Sel. Instagram : arman_syarif_

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Bait-bait Protes Papan Tulis

2 Mei 2019   07:07 Diperbarui: 2 Mei 2019   19:29 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay.com

Suatu ketika di pagi yang buta, matahari masih terbuai mimpi, kabut membatu dan bulir-bulir embun masih bercumbu dengan daun pisang. Di kelas, meja dan kursi pun masih kosong menunggu murid. Tetiba papan tulis melakukan protes kepada dinding dan langit kelas.

"Weee...bayarlah gaji guru honorermu. Sudah banyak air peluhnya tumpah dan mengering di lantai. Perlakukanlah mereka sebagaimana layaknya seorang pekerja, digaji perbulan. Bukan sekali pertriwulan apalagi persemester. Angkatlah mereka menjadi aparatur sipil negara" tegas papan tulis.

"Pengabdian guru honorer tak terhitung. Mereka juga manusia, bukan malaikat. Mereka masih bergantung kepada makanan. Mereka punya anak istri. Di zaman sekarang yang serba uang, tak mungkin mereka bertahan hidup dengan gaji sebesar lima ratus ribu rupiah pertriwulan atau satu juta rupiah persemester" lanjut protes papan tulis.

"Aku sebagai papan tulis sudah jemu membaca keluhan batinnya ketika menulis di atas ragaku. Aku sudah bosan melihat wajahnya bersandiwara di hadapan para murid, menyembunyikan wajah susahnya. Berpura-pura bahagia, padahal palung hatinya teriris. Kepalanya pusing pikirkan belanja bulanan"

Apa yang terjadi setelah papan tulis protes? Dinding dan langit kelas tetap termangu, pura-pura bisu dan tuli. Pun seisi kelas lainnya, kapur tulis, lantai dan papan absen harian, ikut membisu dan tuli. Tiada yang peduli... Seketika berlinanglah air mata di wajah papan tulis. Tapi diseka sendiri di saat para murid satu persatu berdatangan.

(Catatan langit, 2 Mei 2019)
Selamat Hardiknas

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun