Pagi datang. Mari menertawakan diri sejenak sebelum langkah kaki dimulai. Diri yang kemarin begitu polos menatap dunia. Menganggap semua telah tercapai.
Ketika angan membuai dan kesadaran tersudutkan; kehendak semu. Tapi tak mengapa tak menertawakan. Asalkan tidak membayangkan diri masih hidup di hari kemarin.
Hari kemarin telah usai
Bersama kisah yang telah digores.
Kemarin adalah lipatan waktu segera menjadi masa lalu ketika waktu semakin berlari. Pagi datang mengganti semuanya; tak tersisa. Pagi adalah gerbangnya, hari ini kita sambut. Dan perjalanan pun harus dilanjutkan.
(Catatan langit, 10/03/19)
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!