Dua pemuda yang tersenyum ini
pernah bersamaku di malam temaram
Menghibur lara wanita tua
ditinggal suaminya merantau
Dengan lagu dan petikan gitar yang melantunkan melodi indah
Dua pemuda ini kutu buku
Setiap hari matanya membelalak di buku-buku filsafat
Dari zaman klasik hingga modern
Juga ahli membedah isi pikiran orang-orang besar yang berderet sepanjang sejarah
Dari Socrates, Epicurus, Machiavelli, Descartes, Karl Marx, Comte, hingga Habermas
Di Timur pun
Ia rajin menggeledah
Dari Al-Kindi, Al-Ghazali, Ibnu Rushd, Mulla Sadra hingga Muhammad Iqbal
Dua pemuda ini
Pernah bersamaku di jalan
Hidup menggelandang...
Siang hari menyuarakan protes
dan mencaci maki para koruptor
Malam hari saling mengisi otak
Berdiskusi tentang situasi negeri
Ditutup dengan cerita bunga-bunga impian di masa mendatang
Dua pemuda ini penulis hebat
Di sisinya tersirat masa depan bangsa yang gilang gemilang
Dua pemuda ini
Tadi sore mengajakku menyeruput kopi
Di Warkop Bundu di kota Daeng
Sebelum senja menepi
Ia berpesan:
Mari memahat tulisan
di jantung peradaban bangsa
Biarkan sejarah mengabadikan
Bahwa kita pernah ada
Dan adanya kita tak sekadar ada
(Catatan langit, 2 Februari 2019)