Mohon tunggu...
Arman Sagan
Arman Sagan Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Pengamat Kehidupan, Abdi Negara, Petugas Pemasyarakatan

Karena ku ingin menulis maka aku menyimpan kata, menaruhnya rapih di almari benak, tuk kelak menumpahkannya lewat aksara yang berbaris, ber'shaf, berlapis, dan kuharap bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kemacetan dan Harapan Baru bagi Indonesia

7 Agustus 2020   18:03 Diperbarui: 7 Agustus 2020   18:00 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perayaan Idul Adha 1442 H telah usai, peringatan Ibadah Haji di tanah suci Mekah tahun ini memang berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, hampir tidak ada berita tentang rangkaian kegiatan ibadah haji yang dilakukan umat Islam dari seluruh dunia.

Tahun ini, ibadah haji hanya dapat diikuti oleh warga asli Arab Saudi dan ekspatriat yang telah bermukim di wilayah Arab Saudi dengan jumlah yang sangat terbatas. Menurut beberapa sumber, jemaah haji tahun ini sebanyak 10.000 orang, jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumya yang mencapai 2,5 juta orang.

Namun di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Hari Raya Qurban, yang jatuh tepat pada hari Jumat 31 Agustus 2020, dirayakan dengan beramai-ramai mudik ke kampung halaman, dan rekreasi ke tempat wisata.

Momentum long weekend pertama pada era New Normal atau disebut juga masa Adaptasi Kebiasaan Baru, dimanfaatkan sebagai ajang pelepas rindu bagi sebagian warga yang tidak dapat menikmati mudik pada hari Raya Idul Fitri kemarin, sekaligus masa berlibur bagi sebagian yang lain.

Tempat wisata seperti Pantai Pangandaran (Pangandaran, Jawa Barat), Pantai Anyer (Serang, Banten), Kepulauan Seribu, kawasan Cipanas, Puncak dan beberapa objek wisata lainnya dipadati pengunjung.

Kemacetan panjang terlihat di banyak titik, tidak hanya di tempat wisata, jalan nasional seperti jalan Bandung-Garut, Bandung-Tasikmalaya, bahkan jalan tol seperti Cikampek padat merayap, di beberapa tempat sampai macet total sehingga Kepolisian terpaksa menerapkan buka-tutup dan counterflow untuk mengatur lalu lintas.

Penulis melewatkan liburan di daerah Garut, dan di perjalanan pulang ke Bandung dari mulai kawasan Garut Kota hingga Kadungora antrian kendaraan roda empat dan roda dua memenuhi jalan raya.

Kemudian memasuki wilayah lingkar Nagreg lalu lintas berhenti total, ribuan kendaraan terjebak tanpa bisa bergerak, beberapa pengendara yang kelelahan menepi untuk beristirahat sejenak, tak sedikit pula yang harus berhenti karena mesin kendaraannya ngadat tak sanggup menghadapi kontur jalan yang menanjak.

Macet secara umum tidak dianggap sesuatu yang baik, waktu yang terbuang oleh kemacetan jalan raya sering dikonversi sebagai kerugian materiil yang tidak sedikit. Namun di tengah Pandemi Covid yang masih merebak, kemacetan bisa dianggap angin segar.

Pada masa ketatnya PSBB jalanan sepi, kota besar seakan ditinggalkan penghuninya, aktivitas masyarakat ditekan sampai ke taraf minimal, tidak banyak orang yang berkeliaran ke luar rumah selain karena sesuatu yang amat penting, sekolah, tempat wisata, mall, taman, sarana olahraga, kantor-kantor pun tutup. 

Seiring dengan berkurangnya aktivitas masyarakat, roda perekonomian pun tersendat, banyak usaha tutup, sebagian malah gulung tikar, jutaan pekerja di PHK, angka kemiskinan meningkat, jumlah pengangguran melonjak. Ancaman resesi ekonomi mulai menghantui seiring pertumbuhan ekonomi yang terus terkontraksi ke angka negatif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun