Saya sempat menganggur pada tahun 2019 pertengahan akibat wabah Covid-19. Jumlah tabungan saya terjun bebas.
Intinya saya mengalami tantangan berat dalam hal membiayai keluarga kecil saya. Mau minta bantu orang tua? Malu, Bos.
Beberapa teman menyarankan agar saya menambah keahlian tertentu agar bisa kembali bersaing di pasar tenaga kerja.
Mereka tidak salah, yang salah adalah dompet saya yang benar-benar mulai kosong. Dampaknya saya kesulitan mengeluarkan biaya untuk melaksanakan saran dari teman-teman saya itu.
Sebagai informasi saja, di Kota Pontianak, kursus komputer biaya dimulai dari empat ratus ribuan per program.
Belajar desain grafis harganya mulai dari lima ratus ribuan per delapan pertemuan. Kursus pemrograman mulai dari sembilan ratus ribuan (tatap muka).
Semantara itu kursus memasak berada pada angka seratus ribuan per jam.
Saya sempat frustasi. Semua surat lamaran belum tampak hilalnya.
Mengajukan permohonan utang bukanlah solusi, saya tahu persis. Hal tersebut hanya akan membuat tidur saya semakin tak lelap.
Saya memandangi mata bening putra dan putri saya yang masih kecil. Saya tak akan pernah tega kalau mereka harus hidup susah. Hati saya berteriak, sampai tak terasa mengalir emosi yang selama ini terpendam dari celah-celah mata. Saya tak pernah menangis sampai hari itu.