Namun mereka berdua masih sempat mendengar senandung dan pujian kepada Sang Penguasa Alam dari gang-gang kecil, dari pemukiman-pemukiman marjinal di Ghost City, sehingga masih ada harapan kemanusiaan muncul kembali.
Perkataannya sungguh membuatku terkejut mengingat bahwa pengamat sosial dan akademisi yang gelar-nya panjang seperti kereta api saja tak mau repot-repot melakukan survei ilmu sosial di kota ini.
Kini kedua "makhluk" itu menatapku kaku di bawah sinar cahaya UFO. Mereka menghilang seperti biasa, tanpa bekas, tanpa jejak. Satu-satunya bukti bahwa mereka ada adalah ingatan yang jika kuceritakan akan berakhir di rumah sakit jiwa.
----
Dicky Armando, S.E. - Pontianak