Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Seseorang yang bermimpi berbuat sesuatu yang luar biasa untuk masyarakat dan negara-nya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rahasia Bengkel

25 Mei 2021   23:18 Diperbarui: 25 Mei 2021   23:31 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Pixabay.com

"Buatanku sendiri. Edisi terbatas," jelas Joni.

"Ini tidak keluar peluru, bukan? Atau mungkin bisa keluar baling-baling dan bisa terbang?" tanyaku. Tentu aku tidak mau ketika sedang buang air besar di toilet umum, benda itu meledak tak karuan.

"Tidaklah! Jangan terlalu khawatir. Itu jam tangan, penunjuk waktu, cocok untukmu yang sering datang terlambat. Hadiah untukmu karena sering membantuku."

Joni tahu betul kebiasaanku yang satu ini. Maka ketika masuk SMP, dia pernah membuat sebuah sepeda yang dilengkapi dengan "mesin jet". Bukan mesin sesungguhnya yang dipakai pada pesawat, tapi mirip-miriplah. Kencang betul benda itu setiap pagi, membelah cahaya mentari dengan kecepatannya.

Aku menanyakan sebenarnya ada perlu apa ia memanggilku. Joni, kalau ada perlu mendesak apa pun, kami selalu menyelesaikannya di meja warung kopi.

Dia mendapat berita dari sumber terpercaya bahwa ia akan dibunuh oleh ketua para pencuri karena telah banyak membantu tugas penegak hukum.

"Kalau terjadi apa-apa padaku, tolong kau amankan benda di kamar ini," ujar Joni sambil menyeretku ke kamarnya.

Kamar itu gelap, tapi perlahan aku bisa melihat seperti sosok manusia yang sedang berdiri. Tubuhnya mengkilap warna perak, tegap, gagah, dan begitu dingin. Itu adalah sebuah robot.

Joni bilang kalau sebenarnya itu ada model robot percontohan untuk mempermudah tugas kuli bangunan. Kalau manusia hanya bisa mengangkat sejumlah karung semen, maka robot ini bisa melakukan lima kali lipatnya.

"Jadi kau mengerti, Kurap?"

Aku mengangguk mantap. Sebenarnya namaku Julkipli, dan hanya Joni yang berani memanggilku "Kurap", karena waktu kecil dulu tubuhku banyak kurap, dan hanya Joni yang tidak takut padaku, tentunya dengan kompensasi panggilan yang tak sedap itu. Hanya Joni pula yang selalu berbaik hati mengolesi obat salep ke sekujur tubuhku sampai sembuh. Bahkan kepala panti asuhan tempatku bernaung tak pernah sudi melakukannya, padahal kata orang-orang, beliau itu orang baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun