Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Seseorang yang bermimpi berbuat sesuatu yang luar biasa untuk masyarakat dan negara-nya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mahasiswa Ilmu Sosial dan Politik sebagai Kekuatan Perlawanan terhadap Oknum Buzzer Politik

10 Oktober 2019   09:14 Diperbarui: 10 Oktober 2019   09:14 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Pixabay.com

Dulu, ketika lulus SMA, saya berminat melanjutkan fakultas ilmu sosial dan politik. Tapi karena papa saya menentang, akhirnya saya banting setir ke fakultas ekonomi.

Pertanyaan yang sering muncul dari pihak keluarga adalah: "Belajar politik, kau nanti mau kerja apa?" 

Besar di keluarga yang kebanyakan bekerja sebagai birokrat, membuat sejumlah idealisme saya ditentang. Namun, di masa kini, saya berpikir bahwa ilmu sosial dan politik adalah suatu pengetahuan masa depan, di mana negara seperti Indonesia, masyarakatnya semakin kritis.

Pada masa ini, saya rasa beberapa keluarga yang sempat meremehkan fakultas ilmu sosial dan politik harus berpikir ulang. Mereka harus buka mata betapa penting pendidikan politik untuk segenap anak negeri. 

Ya ... saya maklum, kebanyakan keluarga saya itu besar dalam masa-masa politik "zaman dulu", sehingga mungkin mereka takut dan juga benci terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengannya.

Menurut saya, para mahasiswa, aktivis, akademisi, dan praktisi politik adalah kekuatan besar untuk mencerdaskan bangsa ini dari taktik pengkhianat bangsa. Bagaimana memangnya mereka berbuat curang? Satu di antaranya dengan menggunakan buzzer.

Buzzer yang dimaksud pada pembahasan ini adalah Oknum Buzzer Politik (OBP). Tolong diperhatikan kata "oknum"-nya, saya tidak menyamaratakan, karena saya juga memahami tentang keberadaan buzzer yang menebarkan nilai-nilai positif.

Sebelum pemilihan presiden beberapa waktu lalu, di media sosial bertebaran konten-konten yang membangun tentang calon presiden dan wakilnya, begitu pula dengan serbuan berita bohong yang dijejalkan oleh OBP. Untuk beberapa orang, informasi dari OBP itu akan terlihat sangat meyakinkan, karena dibuat dengan "niat banget", terstruktur, dan sistematis. Di situlah kemudian peran ilmu politik menjadi sangat penting.

Pemahaman politik yang baik dari masyarakat akan meminimalkan resiko memilih pemimpin yang salah, dan peran OBP adalah mengaburkan itu semua. 

Menjadi tugas yang cukup berat bagi adik-adik mahasiswa yang belajar di fakultas ilmu sosial dan politik, untuk tetap konsisten berjuang melawan para OBP yang senang "buang sampah" di media sosial, atau di warung kopi, barangkali. Lawan mereka dengan ilmu, bungkam kedangkalan dan kedunguan orang-orang itu.

Tidak menutup kemungkinan, sejumlah orang dari tim OBP itu merupakan ahli politik. Kalau benar adanya, maka mereka adalah seburuk-buruknya pengkhianat bangsa. Dari tangan mereka inilah akan jatuh korban. Tidak secara langsung memang, tapi perlahan, dan pasti. Karena salah memilih pemimpin tak jauh beda dengan bunuh diri.

Seperti yang saya bilang sebelumnya, OBP tidak melulu ada di media sosial, tapi juga warung kopi. Saya pernah mendengarkan seseorang berceloteh tentang sosok pemimpin orang yang di-idolakannya. Tidak salah memang, sayangnya adalah analisis orang tersebut terlalu dangkal, sehingga tidak menyentuh akar masalah kekacauan yang telah dibuat oleh idolanya itu. Uniknya di sini: orang-orang yang ikut mendengar juga setuju dengan apa yang dikatakannya.

Tak punya ilmu mumpuni soal politik membuat saya kesulitan membangun suatu perspektif balasan. Kesal? Iya, banget. Tapi saya yakin, adik-adik mahasiswa yang masih murni hatinya, mampu mencerdaskan bangsa ini dengan ilmu yang dimilikinya. Seperti kasus orang di warung kopi tadi, saya semakin yakin bahwa OBP itu kebanyak tidak berilmu.

Pernah dengan ungkapan "berilmu dulu baru beramal"? Ini yang seharusnya kita biasakan dalam keseharian. Supaya kalau bicara tidak asal bunyi, kalau berpikir tidak sesat. Apa yang telah saya perhatikan dari gerak-gerik OBP, mereka punya prinsip berbeda: "sesatkan dulu, baru kabur".

Begitu pula dengan bapak-bapak dan ibu-ibu yang telah berhasil duduk di DPR RI, khususnya yang berlatar belakang pengusaha, artis, dan sejenisnya. Berusahalah untuk selalu menambah pengetahuan tentang politik, agar kalian menjadi jujur, punya hati mulia, dan cerdas dalam mengambil keputusan. Saya berdoa untuk kalian semua agar selalu sukses. 

Seandainya kalian tidak paham mengenai sesuatu soal politik, maka tanyalah adik-adik kita, mahasiswa ilmu sosial dan politik yang militan dan pro rakyat. Kenapa tidak? Saya yakin mereka akan berbagi ilmu dengan senang hati.

"Bertanyalah kepada ahli ilmu, jika kalian tidak mengetahuinya." (Alquran, surah Al-Anbiya, ayat 7)

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun