Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Seseorang yang bermimpi berbuat sesuatu yang luar biasa untuk masyarakat dan negara-nya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sepatu Buaya

2 September 2019   21:18 Diperbarui: 4 September 2019   11:37 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Pixabay.com

Selesai sarapan, pria dua puluh tujuh tahun itu masih menyempatkan membaca potongan artikel tentang Che Guevara. Sekadar menyegarkan kembali ingatannya.

Ia masih punya waktu tiga puluh menit lagi untuk menyirami otak dengan nutrisi dari materi-materi berkualitas. Buku-buku sejarah lokal dan dunia memenuhi rak buku yang seolah-olah minder di sudut ruang baca. Ya ... ruang baca, tak banyak lagi orang-orang di Kota Pontianak memiliki satu tempat seperti itu dalam hunian. Pada dasarnya karena kekurangan uang untuk membeli rumah yang cukup luas untuk berbagai kegunaan. Intinya, masyarakat sekarang ini tidak bisa dibilang sudah sejahtera meskipun beberapa pihak mengklaim negara ini telah “merdeka”. Ironisnya, sudah tahu belum sejahtera, kita masih malas membaca. Sayang sekali.

Tak lama berselang, jam dinding telah menunjukkan saatnya ia harus berangkat kerja. Suasana pagi masih penuh embun. Pelan, ia berjalan terseret-seret, bukan karena pincang, melainkan sol sepatunya nyaris lepas.

“Ayo semangat, Kasri!” teriak seorang tetangga dari dalam mobil mewah berwarna merah yang melaju tiba-tiba.

Guru kontrak SMA Swasta Nusa Jaya itu membalas dengan lambaian tangan dan senyum manis.

Lima menit Kasri berjalan kaki, sampailah ia di depan pintu gerbang sekolah. Keadaan di sana masih sepi. Ia pun beranjak menuju ruang guru yang juga tak kalah sunyi.

Dengan nafas masih memburu, ia mencoba duduk tenang di belakang meja kerja. Entah kenapa pikirannya terasa kelabu. Hilang sudah gambaran Che Guevara dalam kepala, berganti dengan George Walker Bush, Presiden Amerika Serikat ke-empat puluh tiga. Aneh.

Merasa risih dengan sol sepatunya, Kasri berusaha merekatkan benda tersebut menggunakan lem “tipe keras” yang katanya bisa menyambung apa saja kecuali hati yang patah. Usahanya berhasil, meski ia harus tetap berhati-hati saat berjalan, benda itu bisa lepas kapan saja, di mana saja.

***

Jam pelajaran dimulai, agenda para murid Kasri hari ini adalah menjabarkan sejarah lokal berdasarkan sumber-sumber primer dan sekunder yang mereka temukan.

Kasri bukan pemarah, tapi yang menakutkan darinya adalah ia mampu melangkah tanpa bunyi. Pernah suatu kali ada murid yang merokok di bangunan kosong belakang sekolah, kemudian ketahuan, karena tidak ada satu pun yang sadar bahwa Kasri—guru kesayangan mereka—sudah berdiri gagah di depan pintu melihat bocah-bocah sedang menjepit rokok di antara jemari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun