Mohon tunggu...
Dicky Armando
Dicky Armando Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Seseorang yang bermimpi berbuat sesuatu yang luar biasa untuk masyarakat dan negara-nya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Suami Sering Kongko Tidak Jelas di Warung Kopi? Ini Penyebabnya

1 Juli 2019   16:03 Diperbarui: 1 Juli 2019   16:58 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: Pixabay.com

Penelitian dari satu grup ilmuwan Jerman tentang perilaku pada kera Jantan---dengan karakteristik paling sempurna---yang diletakkan dalam kelompoknya. Hasilnya menunjukkan tingkat stres yang dialami kera jantan tersebut lebih rendah daripada disatukan dengan keluarga atau pasangannya.

Begitu kurang-lebih isi sebuah artikel dari viva(dot)com yang saya baca, dalam rangka mencari perspektif tentang pria berkeluarga yang sangat sering kongko di warung kopi bersama teman-temannya yang belum menikah.

Menarik, ada pembenaran---untuk kasus terlalu sering kongko bagi pria berkeluarga---dari sumber tersebut, dan tentu saja ada angin segar buat saya sebagai pembelaan---kepada istri---jika suatu hari pergi ngopi bersama teman-teman. Hahaha!

Tapi kalau dipikir lagi, saya tidak mau disamakan dengan kera, apalagi makhluk itu juga tak akan tahu pusingnya kepala kalau tarif listrik naik, atau air leding macet. Maka, saya memutuskan untuk mengabaikan saja penelitian tersebut. Kondisi lingkungan saya tinggal tidak memungkinkan seseorang pria bertindak seperti kera.

Sebelumnya saya ingin menyempitkan pembahasan, hanya terbatas pada seorang pria berkeluarga yang telah memiliki pekerjaan (pergi kerja jam delapan pagi, pulang jam empat sore), dan hampir tiap hari kongko dengan rekan-rekannya di warung kopi sampai larut malam, meninggalkan anak-istrinya di rumah.

"Memangnya salah?"

Perspektif tentu saja berbeda. Beberapa teman saya memang menjadikan warung kopi (warkop) sebagai "kantor", dikarenakan setelah bekerja formal, ia berjualan batu akik demi menopang perekonomian keluarganya. Ada juga rekan-rekan saya yang sering nongkrong di warkop sambil menjual buku-buku. Nah ... bukan karakteristik seperti ini maksudnya. Jangan salah sangka. Selama kegiatannya produktif, maka tidak termasuk dalam pembahasan.

Dikutip dari fimela(dot)com, ternyata seseorang yang lebih senang menghabiskan waktu dengan teman-temannya merupakan satu indikator bahwa ia sedang tidak bahagia.

Terlepas dari siapa yang salah, baik suami atau pun istri, keduanya memang harus introspeksi diri. Tapi intinya adalah seorang pria berkeluarga yang terlalu sering kongko di luar dengan teman-temannya itu tidak sedang baik-baik saja.

Ini saya amati dari dari beberapa orang yang setelah seharian bekerja di kantor, seharusnya banyak menghabiskan waktu dengan keluarga, tapi kenyataannya sangat sering menghabiskan waktu di warung kopi dengan kegiatan yang tidak produktif. Parahnya, teman-temannya itu belum menikah semuanya.

Saya berpikir positif, mungkin istri dan anaknya adalah makhluk penyabar. Tapi selalu ada kemungkinan kedua: istri dan anaknya sudah tak peduli lagi dengan orang itu. Bisa jadi, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun