Mohon tunggu...
Arman Batara
Arman Batara Mohon Tunggu... Editor - Penggiat Literasi Media

Tak ada manusia yang mampu menghindari dari kematian. Lantas, apa yang akan kamu sombongkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Pilkades Lebih Emosional Dibandingkan dengan Pilkada, Pileg, Bahkan Pilpres

11 November 2020   15:40 Diperbarui: 11 November 2020   16:48 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Facebook/Akang Wae.

Seandainya saja saya diperbolehkan untuk berbicara jujur, saya akan berbicara sejujur-jujurnya, tentunya tanpa menyinggung perasaan siapapun yang beda pandangan dengan saya.

Tapi, juga mengkaji/memahami perihal ini dengan sudut pandang yang berbeda dan tanpa menyalahkan orang lain dengan membuatnya lebih obyektif dan mempertimbangkan dengan pemikiran yang ada.

Saya berterus terang dan saya yakin dan percaya bahwa siapa pun yang menginginkan sebuah kekuasaan, bukan hanya nafsu ingin berkuasa. Tetapi, ingin memberikan kemaslahatan terhadap masyarakat dari sebuah kekuasaan tersebut.

Kendati demikian, banyaknya dugaan beberapa oknum yang menyalahgunakan kekuasaan tersebut. Terbukti banyak media nasional yang memberitakan penyalahgunaan oleh oknum yang berkuasa.

Tahta, siapa yang tidak terbuai? Dengan kekuasaan tersebut sang penguasa bisa mengambil semua kebijakan. Entah, kebijakan tersebut bisa untuk mensejahterakan masyarakat ataupun hanya untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya saja.

Sumber foto: Facebook/Akang Wae.
Sumber foto: Facebook/Akang Wae.

Sepertinya tak usah jauh-jauh melihat sebuah kekuasaan seorang Presiden, kita lihat paling dekat saja seperti kekuasaan struktur pemerintah  yang paling bontot, seperti Kepala Desa/Kades.

Lalu bagaimana dengan proses merebutkan sebuah kekuasaan? Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satunya adalah pemilihan kepala desa (Pilkades) yang dipilih langsung oleh rakyat.

Pilkades diadakan di desa, dan ternyata
Pilkades tidak semata-mata hanya perebutan sebuah kekuasaan, dalam proses suksesi kepemimpinan di desa tersebut, juga tetap memperhitungkan  atau bagaimana strategi kampanye dilakukan, agar mendapat dukungan
dari masyarakat desa.

Kendati demikian, lebih daripada itu ternyata semua bisa menyoal menyangkut sebuah gengsi, harga diri dan kehormatan. Sehingga, bagi masyarakat desa Pilkades lebih emosional dan rasional dibandingkan dengan pemilihan-pemilihan lainnya seperti Pilkada, Pileg bahkan Pilpres.

Apalagi peran besar teknologi yang sangat mudah sekali untuk dijangkau, sehingga para Pilkades bisa lebih mudah dalam hal kampanye.

Saya sebagai masyarakat desa hanya berkeinginan dalam pesta politik yang kata orang memiliki jenjang waktu lima tahunan ini, setiap calon Kepala Desa memperlihatkan politik yang santun dan lebih bersih, agar masyarakat lebih nyaman dalam menikmati pesta rakyat tersebut.

Walaupun tidak bisa dihindarkan suasana ketegangan akan tetap ada. Akan tetapi, para pendukung calon Kades tetap tenang (hati boleh panas tetapi kepala tetap dingin).

Siapapun yang jadi pemimpin pengambil kebijakan, semoga dalam membuat kebijakan berpihak kepada masyarakat. Sehingga tercapai kebahagian, kedamaian kemajuan terhadap teritorial yang dipimpinnya.

Majulah, jayalah desaku. sebuah negara bisa kuat karena memiliki desa yang kuat dari segi politik, sosial dan ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun