Mohon tunggu...
Arman Jaya
Arman Jaya Mohon Tunggu... Freelencer

Menyukai isu keberlanjutan

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Petani Menanam dan Merawat Harapan di Lahan

26 April 2025   14:38 Diperbarui: 26 April 2025   14:38 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana panen di lahan pertanian Desa Kanreapia Gowa, Sulawesi Selatan. (Sumber: Arman Jaya)

Di balik hamparan hijau yang membentang, di antara deretan tanaman yang tumbuh subur, tersembunyi sebuah kisah yang jauh melampaui sekadar aktivitas bercocok tanam.

Bagi para petani, lahan bukan hanya sekadar tanah tempat benih ditabur dan hasil dipanen. Lebih dari itu, lahan adalah panggung harapan, tempat impian akan masa depan yang lebih baik ditanam dan dirawat dengan penuh dedikasi. 

Fenomena ini, yang tampak sederhana namun sarat makna, menarik perhatian berbagai kajian ilmiah yang mencoba mengupas lapisan psikologis, sosial, dan ekonomi yang melingkupinya.

Lahan Sebagai Jangkar Ketahanan dan Identitas Diri

Dari sudut pandang psikologi, keterikatan petani dengan lahan memiliki akar yang dalam. Tanah, sebagai sumber penghidupan utama, menjadi jangkar stabilitas dan ketahanan mental. 

Penelitian menunjukkan bahwa bekerja di alam terbuka, merasakan sentuhan tanah, dan menyaksikan pertumbuhan tanaman memiliki efek terapeutik, mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional.

Lebih lanjut, kepemilikan dan pengelolaan lahan sering kali terinternalisasi sebagai bagian penting dari identitas diri seorang petani. 

Keberhasilan panen bukan hanya soal materi, tetapi juga validasi atas kerja keras dan keahlian, yang memperkuat rasa harga diri dan keyakinan diri.

Komunitas dan Tradisi yang Terjalin di Lahan

Lahan pertanian juga merupakan pusat kehidupan sosial dan budaya. Praktik bertani sering kali diwariskan dari generasi ke generasi, membawa serta nilai-nilai tradisional, pengetahuan lokal, dan ikatan kekeluargaan yang kuat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun