Mohon tunggu...
Arlini
Arlini Mohon Tunggu... Penulis - Menulis berarti menjaga ingatan. Menulis berarti menabung nilai kebaikan. Menulis untuk menyebar kebaikan

ibu rumah tangga bahagia, penulis lepas, blogger, pemerhati masalah sosial kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Andai Suami Istri Profesional

17 Desember 2020   08:41 Diperbarui: 17 Desember 2020   09:54 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.mediasulsel.com/

Pandangan Manusia

Pemahaman hidup manusia berdiri di atas suatu asas, yakni pemikiran mendasar tentang kehidupan. Seorang muslim memiliki dasar berpikir bahwa manusia adalah makhluk Allah swt, akan kembali kelak kepada Allah swt. Maka sesuai dengan ayat al Quran surat az Dzariyat ayat 56, manusia diciptakan oleh Allah swt untuk beribadah. Sebagaimana penjelasan ulama, yang dimaksud ibadah dalam ayat itu adalah ketundukan dan kepatuhan hanya kepada Allah swt.

Maka muslim yang memahami hakikat hidupnya pasti berpegang pada Islam dalam memandang segala hal dalam hidupnya. Termasuk bagaimana ia memandang tentang relasi suami dan isteri dalam rumah tangga. Bagaimana seharusnya suami bersikap kepada isteri yang menjadi sumber penghasilan keluarga?

Umat Islam hari ini memang tidak sepenuhnya menjadikan Islam sebagai aturan hidup. Ajaran Islam tentang ibadah dikerjakan, namun selainnya lebih banyak yang meninggalkan. Sehingga timbul beragam pandangan pada masyarakat termasuk mengenai kehidupan suami isteri. Kebanyakan pendapat lahir dari insting kemanusiaan saja.

Sebagian memandang para lelaki tak layak berpenghasilan lebih rendah dari isteri. Sebab pada umumnya lelaki dipandang sebagai pencari nafkah. Suami sebagai kepala rumah tangga tak layak bergantung pada penghasilan isteri. Hal ini kemudian menimbulkan stigma pada suami bahwa ia lelaki lemah, tak bertanggung jawab dan sebagainya. Alhasil muncullah rasa minder pada suami bahkan kecemburuan suami pada isteri.

Sementara yang lainnya berpendapat justru kondisi penghasilan isteri yang lebih besar dari suami menguntungkan isteri. Hal itu mengukuhkan posisi isteri dalam rumah tangga. Sehingga suami tak bisa semena -- mena terhadap isteri. Dalam pandangan feminis, perempuan tak boleh bergantung pada lelaki. Harus mandiri. Agar kedudukan suami isteri setara dalam rumah tangga. Tak ada pemimpin dan yang dipimpin. Semua keputusan rumah tangga harus dilakukan secara musyawarah. Biaya rumah tangga ditanggung bersama. Tanggung jawab mengurus anak dan rumah harus dibagi sama rata. Baik penghasilan suami isteri sama, atau tidak. Apalagi kalau kebetulan isteri yang berpenghasilan lebih besar dari suami, maka suami harus pengertian untuk lebih banyak mengerjakan tugas -- tugas rumah tangga.

Adapun pendapat -- pendapat lainnya, sama standarnya, muncul dari pendapat pribadi, berdasarkan naluri dan pengalaman masing -- masing. Begitulah manusia, kalau diberi kesempatan berpendapat menurut pribadinya pasti beragam. Tak ada yang boleh mengklaim dirinya paling benar. Semua dikembalikan pada masing -- masing keluarga mau menjalani keluarga seperti apa.

Seiring ragam pendapat tersebut, harmonisasi banyak keluarga semakin hilang. Angka perceraian semakin meningkat. Sebagaimana data yang dikeluarkan Badan Peradilan Mahkamah Agung, angka perceraian di Indonesia khususnya yang beragama Islam, pada tahun 2019 mencapai 480.618. Angka tersebut mengalami peningkatan setiap tahun sejak tahun 2015.

Artinya berharap masyarakat akan bersikap bijak dengan pandangannya masing -- masing sangat sulit. Berharap masing -- masing orang bisa mencari sendiri ilmu -- ilmu kehidupan, menjalani hidup menurut standar baik buruknya sendiri, dari proses pendidikan dan pengalamannya, ternyata justru memunculkan masalah. Ego lebih dominan menguasai banyak orang ketimbang akal sehat.

Hal ini tak lepas dari pemicu seperti memburuknya perekonomian dan pendidikan formal yang tak berbekas membentuk moral, institusi pendidikan cenderung lebih banyak aspek teori hingga mudah terlupakan. Dari semua ini saya berpandangan baiknya individu, masyarakat dan negara memiliki satu standar nilai. Jika mereka muslim, maka standar nilai paling masuk akal adalah Islam itu sendiri. Darinya bisa terjadi harmonisasi pemikiran dan perasaan di masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun