Mohon tunggu...
Arlini
Arlini Mohon Tunggu... Penulis - Menulis berarti menjaga ingatan. Menulis berarti menabung nilai kebaikan. Menulis untuk menyebar kebaikan

ibu rumah tangga bahagia, penulis lepas, blogger, pemerhati masalah sosial kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jasa Guruku #SelamatHariGuru

25 November 2019   18:21 Diperbarui: 25 November 2019   18:55 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tetiba peringatan hari guru, saya terkenang dengan seorang guru. Namanya ibu Aisyah. Beliau guru saya di kelas 1 SD. Saat itu beliau sebenarnya sudah lebih cocok saya panggil nenek. Usia beliau sudah 60 tahun lebih. Jelang pensiun. Meski begitu tetap dipanggil ibu guru.

Sebenarnya saya masuk SD di usia yang cukup, yaitu tujuh tahun. Namun tingkah saya kayak anak balita. Masih suka pecicilan. Padahal lagi ada bu Aisyah di ruang kelas waktu itu. Tapi saya tak peduli, main di kelas. Pukul -- pukul meja dan berlarian. Apa reaksi bu Aisyah?

Beliau santai menghadapi saya. Beliau tidak memarahi saya. Hanya menegur dengan halus. Suara beliau lembut dan mudah senyum. Kami murid beliau merasa nyaman diajar beliau.

Tak sampai setahun seingat saya beliau mengajar, lalu pensiun. Terputus kabar tentang beliau. Dengan hitung -- hitungan manusia, hari ini sekitar 27 tahun telah berlalu. Beliau mungkin sudah menghadap Allah swt. Semoga amal salihmu diterima Allah swt buk. Terima kasih atas kasih sayang dan ilmu yang engkau berikan pada kami murid -- muridmu.

Selain itu, ku merasakan jasa banyak guru dalam hidupku. Jasa nabi yang mulia, sebagai guru pertama bagi umatnya, mengajarkan cara hidup yang benar melalui wahyu Allah swt. Jasa guru -- guruku di sekolah formal.

Yang melekat kuat dalam ingatan, ibu Aisya, Ibu Fatmawati, Ibu Normawati yang ketiganya guru SDku. Pak Hasan, guru SMP-ku. Ibu Sulastri dan Bapak Awaluddin, guru SMK-ku. Da guru -- guru lainnya, terima kasih banyak atas jasa kalian. Semoga Allah swt membalas dengan kebaikan. Aamiin.

Ada lagi guru kehidupanku. Guru yang mengenalkan cara hidup Islam padaku. Yang pertama kali mengajakku berhijrah, bu Mira. Yang menempa di awal perjalanan hijrah, bu Rika.

Yang menguatkan dalam berhijrah, bu Lia dan bu Eki. Serta guru -- guru kehidupanku yang lainnya. Kalian telah melakukan suatu amal jariyah, dimana insya allah pahala amal kalian takkan terputus tersebab apa yang kalian ajarkan kuamalkan dan ku ajarkan pada yang lain. Semoga hidup kalian berkah berujung surga. Aamiin.

Dimata Allah swt, jasa guru yang ikhlas dan bersungguh -- sungguh mengajarkan ilmunya insya allah bernilai tinggi. Namun dimata manusia tidak selalu demikian. Nasib guru -- guru honorer misalnya, masih menyedihkan. Disaat gaji para direktur utama BPJS ratusan juta perbulan, gaji petinggi BUMN milyaran perbulan, guru honorer bergaji tak sampai satu juta. Apalagi guru honorer di pedalaman, seringnya malah tak gajian.

Padahal para pejabat itu bisa berilmu karena jasa para guru. Selayaknya jasa para guru dinilai tinggi oleh pemerintah. Sejahterakan hidup para guru. Karena untuk bisa tetap bertahan hidup mereka butuh biaya.

Mereka juga punya keluarga yang harus dibiayai. Jangan ada pengelompokan guru sertifikasi dan guru honorer. Karena mereka sama -- sama mengajar. Sama ratakan kedudukan dan penghargaan pada semua guru. Pandailah menghargai jasa guru, agar hatimu tidak keras dan Allah ridha terhadapmu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun