Salah satu kajian yang saya ikuti di bulan Ramadhan ini adalah kajian bertema mengurus jenazah. Seorang teman berbaik hati mengundang seorang bilal mayit profesional ke rumahnya untuk mengajarkan keluarganya dan masyarakat sekitar cara mengurus jenazah sesuai syariat. Dari teori hingga praktek.Â
Mulai dari cara memperlakukan seseorang yang sakit keras, bersikap pada saat menghembuskan nafas terakhir, memandikan, mengkafani, menyolatkan hingga menguburkan jenazah dibahas cukup detail.
Masya allah, ternyata masih ada kesalahan di tengah -- tengah masyarakat seputar cara mengurus jenazah. Seperti saat memandikan. Pak Ustaz menyebutkan kalau di masa Rasulullah jenazah yang hendak dimandikan diletakkan di tempat yang cukup tinggi tanpa dipangku. Standarnya adalah air dapat mengalir ke bawah dan percikan air bekas mandi tidak mengenai mayit.
Namun praktek di masyarakat masih ada yang meletakkan mayit saat hendak memandikan di tempat yang rendah. Memakai bangku kayu yang pendek dan dipangku oleh beberapa orang sehingga air mutanajis mengenai mayit. Bila demikian kesucian mayit kurang terjaga.
Di tengah -- tengah penyampaiannya pak Ustaz sempat menyinggung mengenai keadaan orang yang berada di ambang kematian. Allah swt memperlihatkan kebiasaan seseorang jelang kematiannya. Beliau tidak menyebutkan dalilnya. Namun perkataan itu mengingatkanku pada kondisi beberapa orang jelang sakaratul maut.Â
Di tengah menghadapi masa kritisnya ada seseorang yang malah bernyanyi, mengamuk, bicara tentang hartanya dan sejenis itu. Namun dalam berbagai kisah ada pula orang -- orang yang jelang kematiannya masih sempat berwasiat, berpesan hal -- hal baik pada keluarganya lalu menghembuskan nafas dengan kalimat tauhid.
Betapa beruntung orang yang mati dan sempat mengucapkan La ila ha illallah muhammadurrasulullah. Karena kematian seperti itu adalah sebaik -- baik kematian menurut hadist Rasulullah saw. Sebaliknya betapa malangnya orang yang hendak menghadapi sakaratul maut namun yang terucap dari lisannya mengenai keduniaan.
Terkait hal ini saya juga jadi terpikir bagaimana kematian para pemimpin zhalim. Bukankah tanggung jawab pemimpin lebih berat dibanding yang lain. Karena Allah swt mewajibkan pemimpin mengurus rakyatnya dengan aturan Allah swt. Dalil dalam perkara ini bertabur di dalam al Qur'an dan as Sunnah.
Jika seseorang memperoleh kekuasaan dengan jalan curang, lalu memanfaatkan kekuasaannya untuk kepentingan diri dan kelompoknya, maka sungguh kasihan kelak akhir hidupnya bila tidak segera bertobat.
Kita mengingatkan pada orang -- orang yang lengah terhadap dunia, berhati -- hatilah karena Allah swt tidak tidur. Kejahatan dan kezhalimanmu takkan luput dari perhitungan Allah swt.