Mohon tunggu...
Arlika Dea Putri
Arlika Dea Putri Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Universitas Airlangga

Saya adalah mahasiswa Universitas Airlngga Jurusan Teknologi Radiologi Pencitraan Angkatan Tahun 2021

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Awas Toxic Productivity pada Mahasiswa!

9 Juni 2022   15:13 Diperbarui: 15 Juni 2022   07:12 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Pernahkah kamu menatap layar laptop seharian penuh untuk belajar dan mengesampingkan kebutuhan utama seperti makan, minum dan tidur? Pernahkah kamu lupa beristirahat demi mengerjakan dan melakukan suatu hal yang kamu anggap itu adalah suatu hal yang produktiv? Atau, pernahkah kamu merasa jauh dengan teman teman karena kesibukan organisasi-lah, sibuk mengerjakan tugas-lah, dan lain sebagainya. Jika kamu pernah mengalami hal hal tersebut, maka kamu perlu berhati hati, karena mungkin tanpa sadar, kamu telah melakukan Toxic Productivity.

Siapa sih disini yang tidak ingin hidupnya dipenuhi oleh aktifitas yang bermanfaat atau yang biasa disebut dengan istilah produktiv ? khususnya pada kalangan mahasiswa. Karena seperti yang kita semua tahu, bahwa mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang tidak luput dalam perkembangan zaman. Sehingga secara tidak langsung, mahasiswa di wajibkan melakukan suatu pengembangan skill yang lebih dalam baik dalam hal akademis maupun non akademis.

Di zaman yang semakin canggih dan modern ini, banyak sekali mahasiswa yang ingin mengejar perkembangan tersebut tanpa tertinggal. Sehingga mereka saling berlomba lomba mencari suatu kegiatan yang akan menguntugkan mereka ketika mulai memasuki ranah dunia pekerjaan nanti. Tetapi, bukannya menjadi suatu hal yang postif, melainkan hal ini akan menimbulkan kebiasaan baru yaitu Toxic Productivity.

Menurut Dr Julie Smith, yaitu seorang psikolog klinis dari Hampshire, Inggris, Toxic Productivity sendiri memiliki pengertian yaitu sebuah obsesi untuk mengembangkan diri dan merasa selalu bersalah jika tidak bisa melakukan banyak hal.

Toxic Productivity yang akan saya bahas kali ini tertuju pada mahasiswa, karena pada siklus ini kita dituntut melakukan banyak hal hal pembaruan yang sebelumnya tidak pernah kita lakukan di masa SMA. Banyak hal yang membuat para mahasiswa merasa hectic dan belum bisa ber adaptasi dengan kegiatan atau kebiasaan baru yang dilakukan ketika memasuki fase atau masa perkuliahan.

Toxic Productivity lahir dalam budaya kita sendiri yang menilai tinggi nilai nilai produktivitas. Kita sering takjub oleh orang orang yang memiliki jam terbang atau kesibukan yang tinggi. Kita juga sering memuji seseorang yang mampu begadang demi mengerjakan tugas tugas nya. Dengan adanya budaya dan kebiasaan seperti ini, tentu saja kita pasti memiliki keinginan untuk menjadi salah satu bagian dari mereka. Tentu saja kita pasti ingin melakukan banyak sekali kegiatan produktiv.

Nyatanya, itu semua bukan merupakan suatu hal yang benar. Produktiitas akan menjadi suatu hal yang baik ketika kita sendiri mampu dan mengetahui batasan batasan kemampuan yang ada pada diri kita. Karena yang bisa mengukur diri kita pribadi ya kita sendiri, bukan orang lain dan bukan siapapun. Produktivitas akan berubah menjadi suatu hal yang berbahaya ketika hal itu memacu kita untuk mengesampingkan dan melupakan kebutuhan kebutuhan pokok kita, seperti istirahat, makan, bersosialisasi terhadap sekitar, tidur, helaing dan lain lain. Produktivitas ini juga akan berubah menjadi “Toxic” ketika timbul perasaan bersalah pada diri sendiri jika kita rehat sejenak dalam aktivitas atau kesibukan yang kita jalani, atau pun hanya sekedar melakukan hobi dimana kita menganggap bahwa melakukan aktivitas sesuai hobi merupakan suatu hal yang tidak produktiv.

Sebelum Toxic Productivity melekat pada pribadi kita, yaitu mahasiswa, alangkah baiknya jika kita mengetahui terlebih dahulu ciri ciri seseorang yang terkena Toxic Productivity :

  • Bekerja berlebihan hingga hubungan sosialnya terganggu dan mengganggu kesehatan juga. Hal ini biasanya ditandai dengan keluhan dari orang sekitar bahwa kita terlalu sibuk. Terganggunya kesehatan dapat ditandai dengan keluhan dari diri kita sendiri, biasanya keluhan yang sering terjadi yaitu maag yang disebabkan karena telat makan.
  • Ekspektasi yang tidak realistis terhadap diri kita sendiri. Sering kali kita dibuat tidak mampu atau kesulitan beradaptasi dengan perubahan yang ada karena Toxic Productivity. Bagi mahasiswa, ketidakmampuan beradaptasi akan memicu timbulnya born out atau stressfull condition.
  • Merasa kesulitan untuk tidur atau beristirahat. Hal ini dikarenakan munculnya rasa bersalah terhadap diri sendiri apabila beristirahat setelah melakukan pekerjaan seharian penuh.

Lalu, bagaimana solusi kita untuk menghindari terjadinya Toxic Productivity?

  • Buatlah tujuan atau sebuah goals yang realistis. Hal ini dapat membuat kita menjadi fleksibel dengan keadaan dan perkembangan yang ada.
  • Cobalah untuk beristirahat ketika dirasa lelah dengan aktivitas yang ada. Faktanya, istirahat dapat meningkat kan produktivitas kita. Jangan selalu memaksa diri untuk melakukan suatu hal. Sesekali untuk berlibur ketika weekend juga perlu, karena hal ini dapat membuat badan dan pikiran menjadi kembali fresh.
  • Terapkan prinsip atau aturan terhadap diri sendiri. Hal ini membuat aktivitas kita lebih teratur, seperti membatasi belajar 1-2 jam kemudian beristirahat contohnya.
  • Tetap terhubung untuk bersosialisasi antar individu. Seperti yang kita ketahui, sosialisasi sangat penting karena pada dasarnya kita merupakan makhluk sosial. Berkumpul dan terhubung dengan orang orang yang baik, secara tidak sadar dapat membuat self quality kita juga semakin membaik, sehingga dapat terhindar dari Toxic Productivity.

Yang perlu kita semua ketahui adalah, kalau mau ngebut, caranya adalah bukan bertindak seakan akan kamu mesin yang tidak butuh waktu istirahat. Itu berarti tidak jujur terhadap diri sendiri, bahwa sejatinya kita adalah manusia dan bukan robot. Ingat ! Kerja fokus, bukan kerja mampus. Maka dari itu, yuk coba mulai merangkul diri sendiri, jangan sampai kebiasaan-kebiasaan bermanfaat yang kita miliki justru malah menjadi suatu hukuman tersendiri untuk kita.

By : Arlika Dea Putri Prameswari

Universitas Airlangga

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun