Usai lebaran banyak orang-orang baru berdatangan ke ibukota. Kita dapat melihat itu dalam ruang lingkup keseharian kita, baik di rumah, kantor, maupun jalan-jalan umum. Bila diperhatikan nampaknya orang-orang tersebut adalah orang-orang yang berasal dari desa. Kita sama-sama tahu bahwa perpindahan manusia dari desa ke kota disebut dengan istilah urbanisasi.
1. Motivasi Ekonomi
Jakarta ibarat gula, demikian ungkap Pak Emil Salim dalam seminar yang pernah dibawakan di Universitas Indonesia pada tahun 2010 dalam acara ‘World Water Day’. Jakarta sebagai pusat / ibukota memiliki daya tarik dari berbagai aspek kehidupan, baik ekonomi, pendidikan dan lain sebagainya. Apalagi perputaran uang Indonesia paling besar terjadi di Jakarta (1).
2. Motivasi Berkelompok.
Pada buku Pengantar Arsitektur bagian awal diungkapkan bahwa sejak awal manusia hidup berkelompok. Sejak pertama kali tinggal di gua manusia sudah hidup berkelompok. Manusia hidup berkelompok untuk saling melindungi diri satu sama lain. “Urbanisme mungkin telah dimulai di dalam gua itu sendiri, dimana manusia berkumpul untuk maksud perlindungan atau untuk pertahanan terhadap suku-suku yang bermusuhan (2).
Dari tulisan diatas saya jadi berkesimpulan bahwa urbanisasi merupakan proses alamiah. Urbanisasi adalah proses yang pasti terjadi dalam kehidupan berkota. Selain motivasi ekonomi mereka juga memiliki motivasi berkelompok.
Berdasarkan motif ekonomi, tentu saja hal tersebut mengundang warga sekitar untuk datang ke Jakarta. Mereka datang ke ibukota juga untuk mengikuti sumber-sumber penghasil ekonomi. Barangkali penghidupan di desa sudah tidak mampu lagi menopang kebutuhan hidup mereka sehingga mereka memilih untuk datang ke ibukota.
Lantas, bagaimana pandangan kita terhadap fenomena urbanisasi? Bagi saya fenomena urbanisasi perlu disikapi dengan wajar dan cermat. Wajar karena fenomena urbanisasi adalah sesuatu yang terus berlanjut. Cermat karena bila perpindahan penduduk ini tidak terkendali, bagaimana kondisi Jakarta ke depannya? Oleh karena itu menjadi tugas para ‘ Pecinta Kota’ untuk peduli terhadap permasalahan ini. Bagaimana dengan pandangan Anda?
Sumber:
(1). [Finance.detik.com, 27 Februari 2013]. Jakarta Kuasai 70% Perputaran Uang, Sayangnya Kesenjangan Tinggi. http://finance.detik.com/read/2013/02/27/134141/2181083/ 4/ jakarta-kuasai-70-perputaran-uang-sayangnya-kesenjangan-tinggi.