Mohon tunggu...
Arkilaus Baho
Arkilaus Baho Mohon Tunggu... -

Kutipan Favorit: DIATAS BATU INI SAYA MELETAKAN PERADABAN ORANG PAPUA, SEKALIPUN ORANG MEMILIKI KEPANDAIAN TINGGI, AKAL BUDI DAN MARIFAT TETAPI TIDAK DAPAT MEMIMPIN BANGSA INI, BANGSA INI AKAN BANGKIT DAN MEMIMPIN DIRINYA SENDIRI.Pdt.I.S.Kijsne Wasior 25 Oktober 1925

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nasib Para Perantauan dan Jumlah Penduduk di West Papua

14 Februari 2012   17:24 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:39 3207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13292444601333850299

Penduduk Papua dan Papua Barat merupakan warga asli ditambah para transmigran dan perantau. Ke Papua memang ada manisnya atau manfaatnya dan juga ada pahitnya. Peribahasa " hujan emas di negeri orang " memang benar-benar didapatkan oleh sebagian perantau disini ( Papua ). Tak hanya hujan emas, tapi hujan batu pun ada. Kasus penembakan yang menewaskan warga perantauan dari padang kemudian warga kampung Tammate Maros yang merantau berhasil mengumpulkan uang untuk bangun sebuah gedung ibadah ( Masjid ) menarik untuk diangkat. Kedua pengalaman yang dialami perantau tersebut menjadi cermin bagi masyarakat lainnya yang merantau tetapi tidak di tulis disini. Hampir semua pria yang lahir di Tammate, Desa Minasa Baji, Kecamatan Bantimurung, memilih hidup merantau. Dua daerah menjadi tujuan utama; Papua dan Ternate. Keinginan berpenghasilan lebih dari seorang petani membuat sejumlah pemuda di Dusun Tammate, Desa Minasa Baji, Kecamatan Bantimurung, Maros memilih hidup merantau. Kebiasaan merantau ini rupanya sudah menjadi turun temurun. Bermula  tahun 1960-an, para lelaki di desa ini umumnya merantau di Jayapura dan Biak. Kemudian generasi ketiga memilih daerah perantauan di Ternate. Tak hanya masjid yang dibangun dari swadaya para perantau ( lihat gambar diatas ), namun jalan sepanjang tiga kilometer dari Jalan Poros Maros-Bantimurung sehingga bisa dinikmati oleh warga setempat. Kini hampir 50 persen warganya merantau, dimana jumlah total warganya sekitar 400 orang dan setengahnya merantau. Tak hanya perantau dari sulawesi atau Jawa yang datang ke Papua, tapi warga Sumatera pun ikut kesini. Kisma Ropit, 26, korban penembakan oleh orang tidak dikenal di Puncak Jaya Papua Jumat (21/1) lalu merupakan satu dari ribuan warga padang yang juga merantau ke Papua. Mengadu nasib di negeri orang yang dilakukan Rofit, sapaan akrab Kismarofit, juga dijalani Warga Bayang Utara lainnya. Langkah ini terpaksa mereka ambil karena sulitnya mendapatkan pekerjaan di kampung sendiri, kalaupun ada hanya jadi petani. Budaya merantau sudah mengakar di tengah masyarakat ini. Sebelum menjadi ditembak, tutur camat setempat, baru-baru ini, korban membantu biaya operasi ayahnya sebesar Rp12 juta. Setiap bulannya, ia juga mengirim uang ke kampung,” ujar Camat IV Nagari Bayang Utara, Irjal ketika  dihubungi Padang Ekspres. Dijelaskan Irjal, 1.000 warga Bayu, Puluik-Puluik banyak yang mengadu nasib ke Provinsi Papua. Di lokasi yang sama Puncak Jaya tempat Rafiq tewas, ada 17 orang warga Bayu, rata-rata mereka bekerja sebagai  pedagang. Latar belakang warga setempat kemudian memilih merantau disini Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Papua dan Papua Barat kian bertambah. Apakah pendataan BPS tersebut berdasarkan penghitungan ditambah para pencari nafkah yang konon merupakan warga di propinsi lain, atau tetap saja di data sebagai penduduk di Papua?.

Sebaran Penduduk di Papua dan Papua Barat

BPS secara rinci menjelaskan kriteria peningkatan penduduk di Tanah Papua berdasarkan beberapa kriteria, diantaranya; Jumlah dan Distribusi Penduduk, Migran Masuk Risen, Migran Masuk Seumur Hidup dan Ketenagakerjaan. Jumlah dan Distribusi Penduduk Papua Jumlah penduduk Provinsi Papua sebanyak 2 833 381 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 735 629 jiwa (25,96 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 2 097 752 jiwa (74,04 persen). Persentase distribusi penduduk menurut kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah sebesar 0,56 persen di Kabupaten Supiori hingga yang tertinggi sebesar 9,06 persen di Kota Jayapura. Migran Masuk Risen di Papua Jumlah penduduk yang merupakan migran risen terus meningkat dari waktu ke waktu. Hasil SP2010 mencatat 125 213 penduduk atau 5,0 persen penduduk merupakan migran masuk risen antar kabupaten/kota. Persentase migran masuk risen di daerah perkotaan 4,3 kali lipat lebih besar daripada di daerah perdesaan, masing-masing sebesar 11,5 dan 2,7 persen. Menurut gender, jumlah migran laki-laki lebih banyak daripada migran perempuan, 70 877 berbanding 54 336 orang. Seks rasio migran risen adalah 130. Data-data tersebut menunjang teori, bahwa migran lebih banyak di daerah perkotaan dan laki-laki lebih banyak yang melakukan perpindahan. Persentase migran terbesar di Kota Jayapura dan terkecil di Kabupaten Mamberamo Tengah Migran Masuk Seumur Hidup di Papua Jumlah penduduk yang merupakan migran seumur hidup terus meningkat dari waktu ke waktu. Hasil SP2010 mencatat 600 709 penduduk atau 21,2 persen penduduk merupakan migran masuk seumur hidup antar kabupaten/kota. Persentase migran masuk seumur hidup di daerah perkotaan 1,9 kali lipat lebih besar daripada di daerah perdesaan, masing-masing sebesar 53,2 dan 10,0 persen. Menurut gender, jumlah migran laki-laki lebih banyak daripada migran perempuan, 337 577 berbanding 263 132 orang. Seks rasio migran risen adalah 128. Data-data tersebut menunjang teori, bahwa migran lebih banyak di daerah perkotaan dan laki-laki lebih banyak yang melakukan perpindahan. Persentase migran terbesar di Kota Jayapura dan terkecil di Kabupaten Mamberamo Tengah. Ketenagakerjaan di Papua Jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja di Provinsi Papua sebesar 1 387 153 orang, di mana sejumlah 1 373 667 orang diantaranya bekerja, sedangkan 13 486 orang merupakan pengangguran. Dari hasil SP 2010, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Papua sebesar 76,31 persen, di mana TPAK laki-laki lebih tinggi daripada TPAK perempuan, yaitu masing-masing sebesar 83,60 persen dan 68,27 persen. Sementara itu, bila dibandingkan menurut perbedaan wilayah, TPAK di perkotaan lebih rendah daripada perdesaan, masing-masing sebesar 56,12 persen dan 83,81 persen. Tiga kabupaten/kota di Provinsi Papua dengan TPAK tertinggi berturut-turut adalah Kabupaten Nduga (99,87), Kabupaten Mamberamo Tengah (98,89), dan Kabupaten Lanny Jaya (98,74). Dengan jumlah pengangguran sejumlah 13 486 orang, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di provinsi ini mencapai 0,97 persen. Jumlah dan Distribusi Penduduk di Papua Barat Jumlah penduduk Provinsi Papua Barat sebanyak 760 422 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 227 763 jiwa (29,95 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 532 659 jiwa (70,05 persen). Persentase distribusi penduduk menurut kabupaten/kota bervariasi dari yang terendah sebesar 0,81 persen di Kabupaten Tambrauw hingga yang tertinggi sebesar 25,07 persen di Kota Sorong. Migran Masuk Risen di Papua Barat Jumlah penduduk yang merupakan migran risen terus meningkat dari waktu ke waktu. Hasil SP2010 mencatat 69 732 penduduk atau 10,5 persen penduduk merupakan migran masuk risen antar kabupaten/kota. Persentase migran masuk risen di daerah perkotaan 1,4 kali lipat lebih besar daripada di daerah perdesaan, masing-masing sebesar 13,1 dan 9,3 persen. Menurut gender, jumlah migran laki-laki lebih banyak daripada migran perempuan, 40 348 berbanding 29 384 orang. Seks rasio migran risen adalah 137. Data-data tersebut menunjang teori, bahwa migran lebih banyak di daerah perkotaan dan laki-laki lebih banyak yang melakukan perpindahan. Persentase migran terbesar di Kota Sorong dan terkecil di Kabupaten Tambrauw Migran Masuk Seumur Hidup di Papua Barat Jumlah penduduk yang merupakan migran seumur hidup terus meningkat dari waktu ke waktu. Hasil SP2010 mencatat 291 233 penduduk atau 38,3 persen penduduk merupakan migran masuk seumur hidup antar kabupaten/kota. Persentase migran masuk seumur hidup di daerah perkotaan 0,7 kali lipat lebih besar daripada di daerah perdesaan, masing-masing sebesar 52,3 dan 32,3 persen. Menurut gender, jumlah migran laki-laki lebih banyak daripada migran perempuan, 160 750 berbanding 130 483 orang. Seks rasio migran risen adalah 123. Data-data tersebut menunjang teori, bahwa migran lebih banyak di daerah perkotaan dan laki-laki lebih banyak yang melakukan perpindahan. Persentase migran terbesar di Kota Sorong dan terkecil di Kabupaten Tambrauw. Ketenagakerjaan di Papua Barat Jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja di Provinsi Papua Barat sebesar 307 841 orang, di mana sejumlah 299 437 orang diantaranya bekerja, sedangkan 8 404 orang merupakan pengangguran. Dari hasil SP 2010, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Papua Barat sebesar 61,98 persen, di mana TPAK laki-laki lebih tinggi daripada TPAK perempuan, yaitu masing-masing sebesar 77,38 persen dan 44,52 persen. Sementara itu, bila dibandingkan menurut perbedaan wilayah, TPAK di perkotaan lebih rendah daripada perdesaan, masing-masing sebesar 53,34 persen dan 65,88 persen. Tiga kabupaten/kota di Provinsi Papua Barat dengan TPAK tertinggi berturut-turut adalah Kabupaten Tambrauw (83,53), Kabupaten Maybrat (71,68), dan Kabupaten Sorong Selatan (69,65). Dengan jumlah pengangguran sejumlah 8 404 orang, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di provinsi ini mencapai 2,73 persen. Jumlah dan Distribusi Penduduk Secara Keseluruhan di Indonesia Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak 237 641 326 jiwa, yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 118 320 256 jiwa (49,79 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 119 321 070 jiwa (50,21 persen). Penyebaran penduduk menurut pulau-pulau besar adalah: pulau Sumatera yang luasnya 25,2 persen dari luas seluruh wilayah Indonesia dihuni oleh 21,3 persen penduduk, Jawa yang luasnya 6,8 persen dihuni oleh 57,5 persen penduduk, Kalimantan yang luasnya 28,5 persen dihuni oleh 5,8 persen penduduk, Sulawesi yang luasnya 9,9 persen dihuni oleh 7,3 persen penduduk, Maluku yang luasnya 4,1 persen dihuni oleh 1,1 persen penduduk, dan Papua yang luasnya 21,8 persen dihuni oleh 1,5 persen penduduk. Kisah perantauan yang dialami warga maros dan Nagari Padang merupakan realitas perpindahan penduduk di Indonesia saat ini. Masih banyak tradisi merantau di daerah lainnya. Khusus untuk Papua, memang bukan hal baru. Program transmigrasi sudah dibatasi, walaupun akhir-akhir ini ada rencana kemenakertrans menyediakan lahan di perbatasan RI-PNG. Data tahun 2010 yang di laporkan Badan Pusat Statistik ( BPS ), seperti diatas, merupakan perhitungan yang sudah berlaku di tahun silam. Sampai tahun 2012 ini, tentu masih ada perubahan. Perlu diketahui juga, sebenarnya peredaran penduduk ke wilayah lainnya tak perlu meniggi jika saja lahan sawah tidak di gusur dan dan digantikan dengan pabrik dan super market ( mall ). Akibatnya, ribuan petani harus menganggur. Satu-satunya jalan yang di tempuh adalah merantau.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun