Mohon tunggu...
Arkilaus Baho
Arkilaus Baho Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Duluan ada manusia daripada agama. Dalam kajian teori alam, bahwa alam semesta ini usianya 14.000 juta tahun, baru setelah 10.000 juta tahun kemudian terdapat kehidupan di bumi ini. Manusia jenis Homo Sapiens baru ada 2 juta tahun yang lalu, sedangkan keberadaan agama malah lebih muda dari kemunculan agama yaitu 5 ribu tahun lalu. B.J Habibi

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jurnalis Papua dan Makanan Khas Mereka

4 Juni 2014   11:17 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:26 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemberitaan media soal pilpres 2014, ada baiknya belajar dari aktivis berita yang bekerja di Tanah Papua. Mereka kedepankan etika jurnalistik ditengah badai kepentingan capres cawapres saat ini. Hal itu bisa dianalisis dari liputan mereka, baik yang cetak, radio, online dan tv.

Beda dengan aktivis berita diluar Papua abaikan prinsip peliputan demi mengejar impian kubu-kubu capres. Ada berita yang berat sebelah, memihak kepada kubu tertentu, cenderung provokatif, menyesatkan bahkan rakyat dibuat bingung akibat ulah oknum yang meliput berita. Publik deberikan bacaan, tontonan dan telinga mereka penuh dengan kocar kacir pemilu presiden.

KPI yang berkandang di Jakarta, tak membuat takut peliput berita untuk taat aturan. Padahal, peliput berita yang jauh dari KPI malah tekun menjalankan etika jurnalis. Begitu juga dengan dewan pers dan berbagai institusi yang mengawasi media serta jurnalis.

Ingin independensi media yang berimbang/netral, sebenarnya ada dua pihak yang patut ditilik. Editor berita dan kontrol dari organisasi pers sendiri. Seorang jurnalis usai meliput, beritanya dikrim ke pusat editor. Nah, tergantung yang edit, apakah kata-katanya diplesetkan atau malah perbaiki kesalahan dengan menggali berita tersebut sebaik mungkin supaya berimbang. Begitu juga dengan kepekaan/sensifitas para pengontrol. Untuk Papua, pengawasnya bergerak cepat menegur dan menasihati seorang jurnalis yang melenceng dari jalan pers. Bahkan, tak tinggal diam bila ada represif atas nama apapun yang merong-rong aktivitas peliputan.

Ibarat makanan, 5W+1H adalah makanan pokok mereka, tinggal tambah menu lain. Bagaimana mewujudkannya? Tergantung kepada masing-masing. Apakah meniadakan makanan khas demi mengejar terpenuhinya kepentingan segelintir dan kelompok tertentu? Nah, ketika kepentingan kelompok merasuki media, ibarat makanan hamburger dikrim ke Papua, Jurnalis disini tetap ingin makan keladi dan papeda, artinya mereka tetap berpatokan pada prinsip jurnalisme yang baku. Ini yang masih tertib sampai sekarang.

Era teknologi saat ini, sebuah berita begitu penting. Baik berita soal ekonomi, politik dan maupun lainnya, media dijaikan patokan dalam informasi. Media yang saya maksudkan adalah berita dari liputan jurnalis yang dituangkan bagi konsumsi publik. Beda dengan seorang wartawan/wartawati yang menggunakan hp/komputer dan internet sebagai media untuk mengirimkan berita.

Ada baiknya, demi mengawal pilpres saat ini agar berjalan apa adanya, dan kedepannya, saran saya, jurnalis Papua patut dijadikan contoh bagi siapa saja yang berkecimpung dalam era jurnalistik. Baik yang bekerja di media cetak, tv, radio, situs online. Hal penting yang dipelajari adalah bagaimana mereka tahan prinsip pers dari godaan setan-setan pemilu. Mereka tetap bawa makanan khas pers dunia yang dikenal 5W+H dalam meliput ajang pemilu disini. Bukan soal keahlian dalam jurnalistik, tapi jurnalis Papua begitu komitmen. Karena banyak orang yang pintar teori pers tapi malah mengakalinya sehingga jauh meleset dari prinsip dasar/etika.

Sekian dari warga kompasiana.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun