Mohon tunggu...
Arkan Alexei Andrei
Arkan Alexei Andrei Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar SMA Labschool Jakarta 2021

Antusias mengenai rekayasa buatan, ekonomi, serta memajukan negara.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Dilema Moral Perusahaan

14 September 2020   08:00 Diperbarui: 14 September 2020   08:13 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Milton Friedman/audible.com

Sebelum membahas lebih dalam, kita perlu tahu figur Milton Friedman. Beliau merupakan seorang ahli ekonomi yang pada tahun 1976 mendapatkan penghargaan Nobel dalam ekonomi. Satu pencarian Google mengenai Friedman dan anda akan melihat seberapa berpengaruh beliau di dunia ekonomi. Dengan demikian, filosofi beliau yang dipublikasikan pada tahun 1970 akan menjadi topik utama artikel ini.

Doktrin Friedman, atau Stockholder Theory, mengatakan bahwa tanggung jawab utama perusahaan adalah ke pemegang saham. Menurut doktrin tersebut, pemegang saham merupakan mesin ekonomi dari sebuah perusahaan atau organisasi. Karena itu, tujuan utama sebuah perusahaan adalah untuk memaksimalkan keuntungan diatas segalanya. Jadi, diperlukan strategi yang matang untuk menggunakan laba perusahan sebaik-baiknya.

Namun, apa saja cara untuk menghabiskan laba?

Secara garis besar, ada empat cara sebuah perusahaan bisa menghabiskan laba:

  1. Menginvestasikan kembali. Membangun cabang baru, menambah produk baru, research and development, dan sebagainya.
  2. Meningkatkan gaji karyawan,
  3. Buyback saham. Intinya, perusahaan membeli kembali saham mereka sendiri untuk menaikkan nilai saham,
  4. Serta dividen. Dengan menawarkan dividen, pemegang saham bisa mendapatkan sebagian investasinya kembali karena sudah berinvestasi di perusahaan tertentu.

Sebagian besar perusahaan melakukan campuran dari keempat opsi tersebut. Dengan cara ini, perusahaan bisa menjaga pertumbuhan dan dengan bersamaan menyenangkan pemegang saham serta karyawan-karyawan di persuhaan tersebut. Namun, strategi ini mulai kehilangan popularitas karena filosofi baru yang dikembangkan Friedman.

Strategi untuk mengutamakan pemegang saham ini mendapatkan pujian serta kritik. Kritik dari teori ini mengatakan bahwa, dengan Doktrin Friedman, sebuah perusahaan akan melupakan kewajiban jangka panjang serta pertanggung-jawaban ke karyawannya. Apalagi fakta bahwa gaji seorang CEO terikat ke kinerja sebuah perusahaan, menambahkan alasan untuk menaikkan nilai saham perusahaan. Bukan hanya itu, teori ini juga tidak bermoral karena perusahaan melakukan buyback saham yang secara esensi "memompa" nilai saham dan tidak stabil dalam jangka panjang.

Penerapan Doktrin Friedman secara efektif mengalihkan perusahaan dan CEO mereka dari inovasi, pembaruan strategis, dan strategi di masa depan yang membutuhkan perhatian mereka. Dan kita juga tidak boleh lupa kepada karyawan yang melakukan kerja kotor perusahaan tersebut. Apakah mereka pantas mendapatkan upah minimum saat CEO mereka membuat milyaran per tahun?

Sebuah studi menemukan bahwa, sejak 1978, perbandingan gaji CEO ke karyawan perusaan sudah naik sebesar 997%! Artinya, saat gaji CEO terikat ke kinerja perusahaan, seorang CEO akan melakukan apapun yang ia bisa untuk menaikkan kinerja. Namun, kinerja tersebut tidak bisa menggambarkan lukisan secara penuh. Karena, kinerja yang dimaksud disini adalah produktivitas, bukan kondisi karyawan atau cara sebuah perusaahan menghabiskan laba. Uniknya, kita sekarang hidup di masa kesenjangan upah terbesar di sejarah dunia. Sesuai dengan peribahasa "Orang kaya semakin kaya, dan orang miskin makin miskin". 

Kenaikan upah CEO serta karyawan rata-rata dengan S&P 500 sejak 1978/Economic Policy Institute
Kenaikan upah CEO serta karyawan rata-rata dengan S&P 500 sejak 1978/Economic Policy Institute

Menurut penulis, jika sebuah perusahaan memberi gaji seorang CEO berdasarkan kinerja perusahaan, makan karyawan dari perusahaan tersebut juga harus mendapatkan kompensasi. Jika perusahaan sedang berjalan lancar, sudah seharusnya CEO memberi upah tambahan diatas gaji mereka. Dengan ini, karyawan juga memiliki insentif untuk bekerja keras. Dan juga perlu kesadaran untuk kepentingan jangka pajang, bukan hanya untuk menenangkan pemegang saham.

To me, it's in the interest of both the company and shareholders to prioritize long-term growth. Bagaimana menurut anda?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun