Mohon tunggu...
arkaan daffa
arkaan daffa Mohon Tunggu... Seniman - Ada

Pelajar dengan segala keingintahuannya tentang sejarah, budaya, dan bahasa dunia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Review Buku 'Ibunda' Karya Maxim Gorky Yang Dianggap Sebagai Karya Sastra Genre Realisme Sosialis Pertama di Dunia

26 November 2020   00:25 Diperbarui: 26 November 2020   12:20 1638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anti agama

Kita tahu bahwa Anti-teis atau ateis tidak tepat bila  disandangkan pada komunisme/marxisme. Yang lebih tepat sebetulnya adalah bahwa komunisme/marxisme anti agama. Lebih tepat lagi, anti struktur kekuasaan agama yang sengaja dipelihara disamping kekuasaan raja untuk melemahkan daya kritis dan daya juang rakyat melawan tirani. Persisnya yang dilawan oleh komunisme adalah struktur kekuasaan agama dalam pemerintahan dan kehidupan politik sebagai alat kontrol (melalui mekanisme obat bius/candu/opium pengurang rasa sakit bagi penderitaan dan kemiskinan) rakyat. Penyebab lainnya bahwa agama dianggap musuh oleh para marxisme didasari oleh kutipan – kutipan marx tentang agama. Sebagai contoh yang terkenal ialah “agama adalah candu” dan “menganut agama adalah immoral”. Padahal tidak sekalipun pada tulisan Marx & Engels tentang teorinya yang menyinggung tentang Tuhan. Komunisme & Marxisme ialah teori yang sepenuhnya berpusat terhadap sistem perekonomian. Tentu itu berpengaruh terhadap multiaspek lain seperti stratifikasi sosial masyarakat yang sudah lama terbentuk & sistem keyakinan beragama yang dimana hal tersebut menjadi salah satu hambatan dari propaganda dan penyebaran Marxisme yang dianggap radikal. Banyak sekali kutipan – kutipan yang merepresentasikan seorang Marxisme di Rusia tentang agama. Sebagai contoh kutipan Pavel , yaitu :

"He looks at me sidewise and speaks about how the people ought to be patient and pray more to God to give them the power to be patient. And I say that the people pray, but evidently God has no time, because he doesn’t listen to them. The priest begins to cavil with me as to what prayers I pray. I tell him I use one prayer, like all the people, ’O Lord, teach the masters to carry bricks, eat stones, and spit wood.’" (555-556).

"Dia melihat ke samping dan berbicara tentang bagaimana orang-orang harus bersabar dan lebih banyak berdoa kepada Tuhan untuk memberi mereka kekuatan untuk bersabar. Dan saya katakan bahwa orang-orang berdoa, tetapi ternyata Tuhan tidak punya waktu, karena dia tidak mendengarkan mereka. Pastor mulai mengoceh dengan saya tentang doa apa yang saya doakan. Saya mengatakan kepadanya bahwa saya menggunakan satu doa, seperti semua orang, 'Ya Tuhan, ajarkan para tuan tanah untuk membawa batu bata, makan batu, dan meludahi kayu'". (555-556).

Pada perkataan Pavel kepada Sofia , pavel mengungkapkan bahwa tidak ada gunanya kita untuk beribadah tiap waktu. Tidak ada gunanya juga jika kita terus bersabar dan menunggu mukzizat. Kita harus bisa bertindak mandiri sebab Tuhan tidak punya waktu untuk mendengar perkataan kita. Tuhan pun tidak mengajarkan kita cara menjadi pekerja yang baik. Kutipan tersebut merupakan sindiran langsung tentang eksistensi Tuhan bagi penulis sendiri. Para ahli agama selalu meminta agar kita selalu sabar menghadapi segala cobaan hidup. Tapi dilain sisi , Tuhan tidak pernah mengajarkan dan bahkan merasakan bagaimana sulitnya menjadi manusia yang menderita. Itu poin utama kritik yang ingin disampaikan oleh penulis lewat kutipan Pavel tersebut. Disamping kita tahu bahwa Maxim Gorky merupakan inisiator dari Gerakan ‘God Builder’ yaitu paham dimana Eksistensi Tuhan menjadi penting jika hal tersebut dapat menentramkan dan mempersatukan masyarakat. Ia sebenarnya tidak sepenuhnya membenci institusi agama. Akan tetapi ia hanya membenci jika agama hanya dijadikan tameng atau alasan agar manusia tidak Bersatu dan terpecah belah karena sistem kelas pada masyarakat itu sendiri.

Kesimpulan:

Dari semua aspek metode Sosialis realisme sendiri , perlu diketahui bahwa nilai – nilai tersebut merupakan gambaran dari keseluruhan novel Ibunda karya Maxim Gorky. Lewat karyanya, Ibunda menjadi patokan awal dan aturan – aturan dalam menulis karya sosialis realisme yang dimana lewat tulisan – tulisan berikutnya, karya – karya tersebut dijadikan senjata propaganda oleh pemerintahan Uni Soviet dalam mempertahankan kekuasaan serta ideologinya. Karya ibunda selain menjadi patokan awal dan patron bagi genre sosialis Realisme juga memiliki estetika penggambaran kehidupan masyarkat yang sesuai dengan realita keadaan, walaupun dibumbui dengan unsur romantisme dimana rakyat jelata berusaha untuk melakukan sebuah revolusi transformasi besar – besaran , akan tetapi poin yang sebenarnya ingin disampaikan penulis ialah semua orang bisa menjadi siapa saja, semua orang berhak mendapatkan keadilan m dan semua orang berhak merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Ditulis di amerika pasca kegagalan revolusi 1905, hal ini juga membuat unsur emosional dari sang penulis terlihat pada karya ibunda. Sekali lagi memantapkan tema realisme yang nantinya berkembang menjadi sosialis realisme. Penulis pun dengan menggunakan judul Ibunda bukan lah tanpa sebab. Bukan juga berarti merujuk kepada Pelagriya yang merupaka ibu dari pavel. Ibu sendiri merupakan representasi dari negara Rusia itu sendiri dan pavel merupakan representasi dari para proletar yang ingin agar revolusi terwujud. Filosofinya ialah sang Ibunda akan rela melakukan sesuatu hal yang mungkin awalnya tidak dapat diterima demi usaha dan keyakinan anaknya. Begitu pula dengan Rusia yang bersedia di reformasi secara besar – besaran demi sebuah revolusi yang dicita – citakan oleh masyarakatnya.

Sumber :

Gorky, Maxim. “Soviet Literature.” Marxists Internet Archive , 2004, pp. 25–69., ky, Radek,

Bukharin, Zhdanov and others “Soviet Writers’ Congress 1934,” page 25-69, Lawrence & Wishart, 1977. First published in 1935

Gorky, Maxim, and Dvm. “Gorky - The Humanitarian: (Two Letters by Maxim Gorky).” Russian Review, vol. 27, no. 3, 1968, p. 351., doi:10.2307/127264.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun