Mohon tunggu...
Kuntoro Tayubi
Kuntoro Tayubi Mohon Tunggu... Journalist -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Menulis adalah ruh, dan menebar kebaikan adalah jiwaku. Bagiku kehidupan ini berproses, karena tidak ada kesempurnaan kecuali Sang Pencipta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cerita Rombongan Penjual Tikar Asal Brebes Selamat dari Gempa Palu

9 Oktober 2018   14:54 Diperbarui: 12 Oktober 2018   19:13 2922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ia menceritakan, sekitar sepekan sebelum terjadi bencana, tiga kawannya yakni Rawuh, Tajan, Yayan Wahyani pamit berjualan di tempat yang cukup jauh dari Palu. Mereka berjualan di pulau Banggai dan Bungkul, lantaran di Palu tidak ada peningkatan pendapatan. 

Sampai hari kelima Pasca terjadi gempa dan tsunami, mereka bersepuluh sepakat bertemu di Palu. Selama lima hari itu, Tarjuki bertahan hidup dengan membeli makanan dan minuman dari uang yang masih tersisa di sakunya. Cadangan uang semakin menipis, sementara hingga hari kelima itu, bantuan tak bisa masuk ke Kota Palu lantaran semua akses tertutup.

"Toko-toko di sana yang tidak runtuh, pintunya hanya dibuka sedikit. Karena takut barang-barangnya dijarah. Karena akses tidak ada, bantuan sulit masuk dan terjadi penjarahan dimana mana. Kami bukan asli warga situ tidak berani melakukan itu, dan hanya menahan lapar," tambahnya.

Hari kelima pasca terjadi bencana, suasana di Kota Palu masih gelap gulita. Hanya ada beberapa orang yang menggunakan mesin genset untuk penerangan dan kebutuhan lain.

Di hari kelima itu juga Yayan Wahyani dan dua temannya memutuskan untuk berlayar ke Palu dengan ikut kapal bantuan yang mampir ke pulau Banggai.

Biasanya dari Banggai ke Palu ditempuh dalam waktu empat jam, namun kini ditempuh dengan waktu lebih dari 18 jam. Kapal bantuan menurunkan penumpang sekitar pukul 12.00 WITA di hari kelima pasca bencana.

Usai dari kapal Yayan menumpang mobil yang mengantarkan bantuan logistik. Sejumlah mobil itu dikawal ketat oleh TNI-Polri untuk menghindari penjarahan di tengah jalan.

"Kami bertiga naik kapal dari Banggai. Tak jauh dari dermaga kami menumpang kendaraan logistik. Sampai di Palu itu bada Magrib dan di Palu masih gelap gulita, bergetar hati saya menyaksikan itu. Semuanya rata dengan tanah," katanya.

Kedatangan mereka bertiga disambut bau anyir mayat di sepanjang jalan setelah memasuki Kota Palu. Berbagai jenis alat berat tengah membersihkan reruntuhan sisa bencana yang menutup akses jalan. Sampai di Palu dan berkumpul dengan semua penjual tikar, mereka saling berpelukan.

Keesokan paginya, enam orang di antara mereka termasuk Tarjuki, memutuskan untuk terbang ke Makasar dengan Pesawat Hercules milik TNI AU.

Di pesawat itu menampung sekitar 150 korban bencana. Sampai di Makasar, mereka merasa lega lantaran bisa makan dan tidur nyenyak karena bantuan mudah didapatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun