Ratusan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bakti Praja Talang, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, berunjukrasa menuntut kepala sekolah mereka mundur dari jabatannya. Mereka menilai, sejak menjabat 2010 silam, Rofikoh memiliki sifat arogan dan sering menghukum siswanya diluar batas.
"Kepala sekolah sering menampar kami (siswa). Bahkan, tidak hanya pelajar putra saja, pelajar putri juga sering ditampar," tutur salah satu siswa yang enggan disebut namanya, saat menggelar aksi unjuk rasa di halaman sekolah, Senin, 12 Maret 2018, di Desa Pegirikan, Kecamatan Talang.
Aksi unjuk rasa yang dikawal ketat anggota Polsek Talang ini diikuti oleh sekitar 600 siswa. Selain berorasi, para siswa juga membentangkan spanduk yang bertuliskan 'Kepala Sekolah Yang Mundur Atau Siswa'.
Beberapa siswa juga membentangkan tulisan di kertas yang berisi 'Kami Menuntut Hak Kami Sebagai Pelajar, Stop Kekerasaan', dan 'Orang Tua Kami Bukan ATM'. Para siswa menolak saat perwakilan dari Yayasan Pendidikan Bakti Praja Tegal hendak memusyawarahkan persoalan tersebut.
Sementara, Rofikoh saat dikonfirmasi membantah tuduhan siswanya. Sekalipun pernah menampar, tapi hanya menggunakan kertas atau buku. Tujuan hukuman itu, untuk mengingatkan siswa supaya tidak terlambat ke sekolah.
"Saya menampar itu pakai kertas. Waktu itu, ada anak (siswa) yang telat dan lompat tembok keliling. Anak kelas 3. Jam 7.30 baru masuk," ujarnya.
Begitu pula dengan pelajar putri, Rofikoh mengaku kerap menegur jika ada yang menggunakan lipstik. Dia sangat prihatin apabila ada anak didiknya yang sudah menggunakan make-up. Menurutnya, jika masih sekolah sudah merias wajahnya dengan alat kecantikan, dikhawatirkan tidak fokus terhadap pendidikan.
Pembina Kesiswaan SMK Bhakti Praja, Nur Kholis, menyatakan tuntutan siswa  tidak bisa direalisasi secara cepat. Menurutnya, keputusan untuk menurunkan jabatan kepala sekolah harus dimusyawarahkan di tingkat pengurus yayasan.
"Tuntutan itu tidak instan. Ada aturannya. Kita punya mekanismenya," tandasnya.