Mohon tunggu...
Yoga Haryuna
Yoga Haryuna Mohon Tunggu... Insinyur - Electric Engineer

Electrical and Mechanical Project on gks-eng.com, Instagram on @ladangdigitani

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Marhaenisme Soekarno, Relevankah dengan Era Globalisasi?

20 Mei 2019   18:42 Diperbarui: 21 Mei 2019   17:07 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekali waktu Soekarno turun ke ladang,  bertemu dengan seorang Petani bernama Mang Aen.  Petani itu menceritakan tentang pandangan hidupnya soal bertani.  Bertani dengan memiliki lahan sendiri,  alat produksi sendiri dan hasilnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Berjuang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya secara konkrit adalah langkah awal. Secara garis besar berswasembada terhadap kebutuhannya sendiri lalu menciptakan hasil berlebih untuk dijual.  Komoditasnya fokus ke hasil pertanian yang dibutuhkan keluarga sendiri. Harus secara kuat ditularkan dan dipikirkan rantainya.  Bila berhasil,  langkah kedua mengembangkan komoditas yang berbeda.  Komoditas ini boleh jadi secara ekonomis menguntungkan,  namun bisa dikendalikan oleh keluarga lain.  Tak masalah,  asal kebutuhan sendiri sudah sangat kuat pondasinya.  Menakjubkan. Ideologi ini oleh Soekarno dinamakan Marhaenisme.  

Pikiran- pikiran Bapak Bangsa kita memang sangat kuat analisanya.  Bahkan jika kita pelajari mungkin ini adalah ideologi yang paling disukai oleh mayoritas warga negara Indonesia yaitu bertani.  Kuatkan sektor pertanian,  lalu kita kuasai bidang lain secara bertahap.  Namun penguatan di bidang pertanian menjadi rancu jika kita tahu kondisinya di negera ini.  Negara agraris ini sedang diserbu komoditas unggulan di bidang Pertanian yang dihasilkan negara lain.  Kita bukanlah negara terkuat di bidang Pertanian yang bisa mengendalikan Pasar bebas.  Yang ada kita dikendalikan pasar bebas.  Negara lain mampu memotong cost operasional dengan optimal.  Hasilnya harga jual mereka jauh lebih murah bila dibandingkan dengan negara kita.  Mau bersaing di bidang yang sama? Harus berpikir seribu kali jika mengiyakan. 

Era Globalisasi sudah datang. Mau tidak mau, persaingan antar Bangsa akan terjadi.  Iklim kompetisi sudah mulai digaungkan.  Kita bersaing di Pertanian bidang apa?  Adakah lini terkuat di negara ini yang bisa dimaksimalkan untuk menekan posisi tawar kita di hadapan negara lain?  Apakah SDM kita akan mampu bersaing?  Pertanyaan ini harus mampu dijawab oleh pemuda penerus Bangsa.  Kita harus mempersiapkan sedini mungkin efek Globalisasi.  Mampu memetakan dan mampu memberi solusi.  Jika tidak,  tentu kita akan kewalangan dengan era Globalisasi.  

Negara Jerman dengan bentuk Kerajaannya sudah memastikan bahwa mereka akan berinvestasi besar besaran di Sumber Daya Manusia.  Mereka tidak akan pernah takut dengan kegagalan komoditas.  Karena mereka yakin,  investasi SDM warga negara mereka mampu mengatasi segala macam bentuk ketidakpastian masa depan Bangsa.  Dan itu terbukti,  bagaimana negara Jerman dengan kestabilan ekonomi dalam kancah dunia di era Globalisasi.  Indonesia di masa depan akan berinvestasi di bidang SDM juga?  Layak ditunggu,  karena satu satunya komoditas yang paling minim resiko adalah komoditas yang menjadi kekuatan negara ini,  dan tentunya diiringi oleh investasi komoditas bernama Sumber Daya Manusia.  Keduanya berjalan beriringan untuk menjadikan Indonesia bagian dari 5 kekuatan ekonomi dunia tahun 2030. Semoga saja.  Amin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun