Mohon tunggu...
Ariyani Na
Ariyani Na Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Hidup tidak selalu harus sesuai dengan yang kita inginkan ... Follow me on twitter : @Ariyani12

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Pernikahan Dini

23 Maret 2013   12:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:22 2770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernikahan dini, dini berarti terlalu awal, seperti petani bawang yang buru-buru memanen bawangnya saat harga bawang masih tinggi walau bawang belum siap panen.

Pernikahan dini berarti pernikahan yang terlalu cepat dilakukan dimana kondisi pasangan belum siap secara materi maupun mental.

Ada banyak sebab pernikahan dini, dan sebab terbesar adalah karena "kecelakaan" atau hamil terlebih dulu.
Selain itu bisa karena dijodohkan oleh orang tua atau bisa juga faktor lingkungan.

Faktor lingkungan yang saya maksud adalah kondisi masyarakat setempat yang sudah terbiasa menikahkan anaknya saat umur belasan, biasanya ada di lingkungan pedesaaan dimana pendidikan tidak menjadi perhatian penting, lulus Sekolah Dasar biasanya sudah dianggap layak untuk segera menikah.

BKKBN mencatat bahwa usia menikah yang ideal untuk wanita adalah 20 - 35 dan 25 - 40 untuk pria, karena pada usia tersebut seseorang sudah dianggap siap untuk menikah baik secara psikologis maupun kesehatan reproduksi.

Dengan adanya patokan usia ideal untuk menikah, maka pernikahan dini yang akan saya bahas disini adalah pernikahan di bawah usia tersebut atau tepatnya usia remaja, yaitu sebuah masa peralihan antara masa kanak-kanak dan dewasa. Pada masa tersebut, seseorang masih berada pada tahap perkembangan mental yang belum matang, tidak stabil dan rentan dipengaruhi kondisi lingkungan.

Meskipun kedewasaan seseorang tidak dapat diukur berdasarkan usia, namun bila kita melihat kondisi psikologis remaja diatas, maka menikah diusia remaja akan lebih rentan menghadapi konflik yang berdampak pada perceraian. Hal ini disebabkan karena :

1. Ketidaksiapan secara mental untuk menghadapi masalah-masalah rumah tangga seperti kesulitan keuangan untuk biaya rumah tangga, anak sakit atau hal-hal kecil dalam rumah tangga yang sering kali menjadi besar karena keduanya belum dapat mengendalikan emosi

2. Ketidaksiapan materi yang pada akhirnya akan membebani orang tua untuk membantu biaya hidup rumah tangga. Dan turut campurnya orang tua dalam urusan rumah tangga seringkali juga menjadi penyebab timbulnya konflik pada pasangan muda ini.

Menikah merupakan bersatunya dua individu dalam sebuah komitmen untuk hidup bersama, sehingga sebelum memutuskan untuk menikah keduanya perlu sama-sama memahami tujuan menikah dan sudah menyiapkan diri baik secara mental maupun materi dengan sebaik-baiknya.

---
Diposting untuk memenuhi Tema Mudasiana minggu ini

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun