Mohon tunggu...
Ariyani Na
Ariyani Na Mohon Tunggu... Wiraswasta - ibu rumah tangga

Hidup tidak selalu harus sesuai dengan yang kita inginkan ... Follow me on twitter : @Ariyani12

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

5 Dampak Negatif Reuni

6 Juni 2017   16:30 Diperbarui: 9 Juni 2017   11:43 27396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Reuni sejatinya menjadi momen yang memberi dampak positif karena dapat menjalin kembali tali silahturahim yang telah lama putus, terutama untuk generasi yang tamat sekolah atau kuliah sebelum maraknya ponsel maupun hadirnya media sosial. Tetapi faktanya, reuni tidak hanya berdampak positif tetapi juga menjadi pemicu munculnya persoalan-persoalan baru baik secara personal maupun terhadap kehidupan pihak lain, yaitu keluarga.

  1. Ajang Unjuk Kesuksesan
    Sekian tahun berpisah, ada banyak perubahan hidup yang terjadi pada seseorang. Ada yang saat sekolah dulu hidup berkelimpahan karena memiliki orang tua yang kaya, namun sekarang berubah menjadi kebalikannya, hidup pas-pas dan seadanya, tetapi tidak sedikit yang dulu hidupnya susah, sekarang berhasil menjadi orang sukses.

    Perubahan kehidupan yang dulu hidup biasa dan sekarang telah sukses inilah yang seringkali ingin ditunjukan, ada yang secara terang-terangan ataupun secara tidak langsung. Misalnya dengan mengunggah foto barang-barang mewah yang baru dibeli, foto sedang liburan di luar negeri, foto sedang makan di restoran mahal, foto mobil, rumah dan barang-barang mewah lainnya, dan sejenisnya.

    Unjuk kesuksesan ini seringkali berdampak pada hadirnya rasa rendah diri bagi orang-orang yang merasa tidak sukses apalagi yang merasa hidup berkekurangan, dan biasanya orang-orang yang merasa rendah diri ini lambat laun akan menghilang dan menghindari pertemuan dengan teman-teman satu almamaternya ini.

  2. Tebar Pesona
    Tebar pesona ini merupakan lanjutan dari ajang unjuk kesuksesan, terutama bagi orang yang saat duduk di bangku sekolah tidak percaya diri untuk mendekati teman perempuannya karena merasa jelek, hitam, tidak pintar dan miskin. Setelah merasa menjadi orang yang sukses maka dengan rasa percaya diri mendekati teman-teman perempuan yang dulu menjadi incarannya atau yang dulu tergolong primadona untuk memenuhi rasa penasaran atau bukti kemampuan bahwa dirinya bisa menaklukan hati mereka.

    Bukan hanya untuk kaum pria, tebar pesona pun dilakukan oleh kaum perempuannya. Tidak sedikit yang berusah mencari perhatian kaum laki-laki yang pernah menjadi teman sekolahnya ini. Yang dulu menjadi primadona tetap ingin menunjukan bahwa sekarang tetap menjadi primadona, sedangkan yang dulu tidak sempat menjadi primadona karena keadaan yang tidak mendukung, maka tidak sedikit yang berlomba-lomba mencari perhatian teman-teman lawan jenisnya, meskipun mereka semua sudah memiliki keluarga.

  3. Terganggunya Hubungan dengan Pasangan
    Dampak selanjutnya dari tebar pesona atau berhasil mencuri perhatian adalah kedekatan dengan teman lawan jenis, meskipun awalnya dimulai dari percakapan biasa, namun kemudian berkembang menjadi rasa suka dan seterusnya.

    Perkembangan menjadi rasa suka dan selanjutnya inilah yang kerap menjadi penyebab terganggunya ketenangan keluarga, yaitu munculnya kecurigaan dari pasangan masing-masing yang dapat menimbulkan keretakan rumah tangga.

    Selain alasan takut terjadinya perselingkuhan pasangan dengan mantan teman sekolahnya banyak pasangan yang melarang suami/istrinya untuk mengikuti reuni karena khawatir istri/suami akan membandingkan dirinya dengan teman-teman lawan jenisnya, terutama bila suami merasa tidak dapat memberikan hidup berkecukupan.

  4. Berkurangnya Waktu untuk Keluarga
    Awal sebuah reuni biasanya dimulai dari grup chatting, dan hadirnya grup chat ini akan menyita sedikit waktu, bisa juga banyak tergantung dari orangnya, apakah dapat mengendalikan diri atau tidak.

    Karena bertemu kembali dengan teman sebaya, banyak yang merasa kembali ke masa-masa saat sekolah dulu, tertawa, bercanda seakan lupa bahwa saat ini tidak lagi memiliki waktu sebebas saat sekolah dulu. Waktu yang biasanya dipakai untuk bermain dengan anak tidak lagi diberikan secara full, karena biasanya dengan alasan tidak ingin terlambat mengikuti perkembangan chat temannya, banyak yang melakukan pekerjaaan sambil mengintip isi chat, sambil memasak bahkan sambil mengasuh anak, sehingga dampaknya anak merasa tidak lagi mendapat perhatian penuh begitu juga dengan pasangan.

    Yang menjadi lebih kompleks lagi adalah, ketika melihat pasangan asik dengan grup chat atau dengan teman-teman sekolahnya, maka istri/suami juga akan ‘balas dendam’ dan asik dengan teman-temannya, dan pada akhirnya, anak-anak pun akan mencari kegiatannya sendiri.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
    Lihat Humaniora Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun