Mohon tunggu...
Ari Widodo
Ari Widodo Mohon Tunggu... profesional -

finally life is a chioce, and every choice has their consequence, mean it... dont regret in the day of judgment. .

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cinta Sejati Kepada Sang Nabi

11 Oktober 2015   23:44 Diperbarui: 11 Oktober 2015   23:48 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

    Pada suatu siang di awal bulan syawal tahun 3 hijriah di sekitar gunung uhud...

Manakala kaum muslimin terdesak dan Rasulullah ﷺterperosok kedalam lubang perangkap yang di gali musuh, maka kaum musyrikin mereka berbondong - bondong menyerbu beliau ﷺ, para sahabat yang bersama beliau yang jumlah mereka saat itu sangat sedikit, mereka sadar betul akan bahaya besar yang sedang mengancam nyawa Rosulullah ﷺ Maka merekapun segera menjadikan tubuh mereka sebagai benteng hidup untuk melindungi jiwa sang kekasih ﷺ dari ganas dan buasnya serangan kaum musyrikin.

    Tujuan utama satu - satunya adalah bagaimana  cara menyelamatkan kehidupan sang Rosul ﷺ yang saat itu sangat terancam, dan tidak ada di dalam lembaran sejarah peperangan  beliau ﷺ manapun kondisi sebahaya saat itu,  pasukan berkuda dan tentara kaum musyrikin dengan beringasnya dengan penuh hawa nafsu berusaha merangsek maju  untuk menghabisi nyawa musuh terbesar mereka Rasulullah ﷺ . Saat itulah panglima besar kaum muslimin Muhammad bin Abdillah ﷺ menunjukkan kekuatan dan kehebatannya, dengan penuh keberanian bagaikan singa, beliau ﷺ menghadang serbuan buas kaum musyrikin.. beliau di bantu beberapa orang sahabat yang melindungi beliau bagaikan karang tegar yang amat keras dan kokoh di tengah benturan badai ombak lautan, mereka para sahabat Nabi ﷺ sudah tidak memperdulikan lagi keselamatan jiwa sendiri, yang ada di benak mereka adalah : bagaimana caranya agar tangan - tangan kotor musuh Allah tidak lagi menyentuh tubuh Rasul ﷺ, saat itu para sahabat habis - habisan menunjukkan pembelaan dan pengorbanan mereka, yang hal itu tidak pernah terjadi di dalam sejarah peperangan manapun di dunia ini.

   Mereka semakin rapat, untuk membuat benteng hidup dengan tubuh yang setiap ada celah di benteng itu karena gugurnya salah seorang dari mereka yang di hujani sabetan pedang, atau tikaman tombak orang - orang kafir, saat itu juga celah tersebut segera di tutup oleh sahabat yang lain, demikian kejadian tersebut berulang, dengan penuh ketegaran, mereka menjadikan tubuh sebagai pagar hidup yang melindungi sang kekasih ﷺ . Hingga saat itu tidak ada seorangpun  diantara kaum musyrikin yang bisa menyentuh tubuh Nabi ﷺ sedikitpun. Abu dujanah ra. Salah satu benteng hidup tadi, beliau menjadikan punggungny sebagai tameng yang melindungi Rasul ﷺ, dari sabetan pedang, hujan anak panah dan tikaman tombak, meskipun puluhan anak panah menancap di tubuhnya, namun beliau tidak bergeming sedikitpun dan tidak menghiraukan sakitnya hujaman puluhan anak panah yang telah menancap di tubuhnya. Yang ada di hatinya saat itu adalah bagaimana saya bisa menghindarkan kekasihku ﷺ dari kejahatan musuh - musuh Allah..

Allahu Akbar.. 

  Begitulah para sahabat Rasul ﷺ memberikan teladan, kepada orang2 yang hidup sesudah mereka, bagaimana cara membuktikan kecintaan mereka terhadap Rasul ﷺ . Para pembaca yg budiman, yang menjadi pertanyaan mengapa, mengapa para sahabat begitu tegar dalam melindungi Nabi ﷺ ? Mengapa mereka menganggap nyawa mereka tidak ada harganya ketika di tuntut untuk melindungi jiwa Rasul ﷺ ? Jawabannya adalah karena mereka telah paham betul akan Sabda Nabi ﷺ agar mencintai beliau melebihi kecintaan kepada diri mereka dan kelurga mereka. Mereka juga tidak hanya mengucapkan dua kalimat syahadat, melainkan syahadat telah merasuk kedalam relung hati mereka ra. Mereka sadar betul akan konsekuensi saat menerima Islam sebagai jalan hidupnya..

Bagaimana dengan kecintaan kita? Setelah 1400 th?

Di ringkas dari khutbah jum'an ustadz Abdullah Zaen

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun