Mohon tunggu...
Ihsan Ariswanto
Ihsan Ariswanto Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Orang desa. Pekerja serabutan. Ingin jadi peternak kelak. https://ariswanto.github.io

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kepada KPI, dari Saya Penggemar Dragon Ball

18 September 2015   16:02 Diperbarui: 18 September 2015   16:43 19366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan sekali ini Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat mengeluhkan tayangan kartun yang dianggap mengandung unsur kekerasan. Kalau saya tidak salah ingat, tahun 2012 KPI sudah menyuarakan hal ini. Kali ini KPI kembali menegaskan sikapnya dalam forum pembinaan untuk Global TV Selasa (15/9) yang lalu.

Dalam forum tersebut, Komisioner KPI  Sujarwanto Rahmat Arifin mengatakan bahwa , tayangan yang banyak adegan kekerasaan sebaiknya dikurangi seperti yang terdapat dalam film Dragon Ball. Menurut Pak Sujarwanto yang juga pakar batu akik ini, unsur kekerasaan yang terdapat dalam film tersebut terlalu berlebihan dan dikhawatirkan menimbulkan efek peniruan oleh anak.

Izinkanlah saya sebagai seorang mantan anak-anak yang di masa kecilnya sangat menyukai tayangan kartun asal Jepang tersebut untuk menyanggah pendapat KPI seperti yang terwakilkan oleh ucapan Pak Sujarwanto itu.

Saya tidak tahu apakah Pak Sujarwanto dan KPI sudah melakukan penelitian mengenai hubungan tayangan kekerasan di kartun Dragon Ball di televisi dengan efek peniruan yang dilakukan oleh anak-anak yang menontonnya. Jikalau memang sudah pernah dilakukan penelitian, ampunilah saya yang berani-beraninya menyanggah KPI hanya dengan bukti-bukti anekdotal yang akan saya utarakan berikut ini.

Perlu Bapak ketahui, atau barangkali Bapak sudah tahu, bahwa Dragon Ball adalah kartun dan komik yang sangat populer bukan hanya di Indonesia, namun juga di berbagai negara. Dari yang saya tahu, hampir semua teman pria yang saya kenal menyukai Dragon Ball sejak masa kecilnya.

Dari semua kawan saya tersebut saya belum menemukan satu pun yang tumbuh menjadi pria pelaku kekerasan akibat kesukaannya pada Dragon Ball. Benar bahwa kami pernah meniru-niru jurus Kamehameha, namun itu sebatas bermain-main saja, toh tidak mungkin tangan kami bisa memancarkan energi penghancur seperti yang ditayangkan di teve itu.

Satu-satunya efek buruk barangkali adalah orang tua kami terpaksa mengeluarkan uang lebih karena kami merengek minta dibelikan mainan tokoh-tokoh Dragon Ball. Juga ada dari kami yang mengoleksi komiknya, dan memang itu tidak murah. Tapi jika itu dijadikan alasan untuk tidak menayangkan sebuah acara, tentu semua tayangan yang membangkitkan gairan konsumsi juga harus mendapat perlakuan serupa.

Lalu adakah efek positif dari tayangan Dragon Ball? Oh, banyak Pak. Bapak boleh bilang saya kekanak-kanakan, namun sungguh, sosok Goku yang tak pernah menyerah dan selalu memaksimalkan usaha saat berlatih telah menginspirasi saya untuk berani mengambil tantangan. Tidak sedikit teman saya yang jadi mahir olah grafik karena saat kecilnya suka menggambar karakter-karakter di Dragon Ball.

Jikalau Bapak dan segenap jajaran KPI tidak percaya dengan yang saya utarakan di atas, bolehlah Bapak mengadakan survey langsung, baik terhadap anak-anak saat ini, maupun terhadap kami mantan anak-anak yang menggemari Dragon Ball. Kalau Bapak dan KPI tak punya waktu untuk hal tersebut, saya bersedia menawarkan jasa untuk survey. Tentu asal bayarannya sesuai.

---

Sumber Foto: sorewa.net 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun