Allah SWT Â memberi hamparan bumi hijau di dataran Aceh adalah sebab sifat kasih sayang yang begitu besar bagi bangsa Aceh. Bukan kebetulan bahwa Bumi yang hijau itu masih lestari disebagian besar kawasan Aceh hingga kini.
Berteman dengan rimba, bersentuhan dengan bulir embun didedaunan pada suasana yang sunyi, Â lalu diiringi orkestra alam adalah pengalaman yang terus memanggil untuk kita kembali ke Alam. Bukankah jasad kita akan kembali lagi pada Alam?.
Deru informasi yang meraung di alam fikir menyesaki pergumulan ide-ide "Besar" dan liar hingga melupakan apa yang ada di hadapan kita sebagai ruang healing untuk kita merenung bahwa Allah memberikan semua apa yang kita butuhkan yaitu secuil Alam Bumi Aceh yang Indah.Â
Menyederhanakan sikap dalam hidup untuk tidak terpaku pada ide ide luar biasa, dilakukan dengan satu langkah berkhalwat dengan Alam itu sendiri.Â
Benar adanya bahwa kita baru takaran penikmat alam atau justru hanya mengambil manfaat dari Alam, namun bukankah hal hal besar akan di mulai dengan hal hal sederhana?
Keseimbangan antara fikir dan laku tidak semua manusia menerima dengan tafsir yang sama namun bagaimana kita mencari dan menjalani hidup untuk tujuan yang lebih baik harus mendapat porsi apresiasi yang tepat.
Gunung, hutan, sungai merekalah pencipta rindu akan pertemuan, Baik itu kepada Allah ataupun kepada mahkluk yang kita sayangi. Maka sudah benar jika ada pujangga yang mengatakan " pergilan jauh-jauh agar kita tau artinya rindu."
Olahkata - Rumoh Agam.