Pada tubuh mungil yang merebah tak berdaya
Bercinta dengan rasa sakitÂ
Menanggung perih tak tertahan
Tak mungkin kuberbisik pada tetangga
Sedang mereka jua bersenggama dengan derita
Tak mungkin kupaksakan ingin
Walau niat terlalu kuatÂ
Membawanya pada kelayakan menjadi manusia
Karena tak mungkin diri kujual menjadi jaminan
Kalaupun mungkin, tak seberapa menjawab luka yang ia derita
Memang salah menanam benih,tapi memanen jeruji besi
Ketika atap yang melindungiku tak mengerti kala dijelaskan
Yang kuperbuat adalah cinta yang ingin kulukiskan
Pada wajah kusam penuh jeritan
Ketika Dia menikmati rasa melayang  dan melambung tinggi
Pada kenikmatan bersama kolega
Tak bisa kupaksakan menjadi sepertiku
Karena tak ada yang bisa kutawar sepertinya
Karena hidupnya bercinta dengan penguasaÂ
Menjadi luka yang kutanggung sendiri
Lantas siapakah aku?
Yang menanam karena Cinta dibalas kesombongan  hukum penguasa?
Kenapa dia akhirnya menari sedang yang kuperbuat karena cinta?
Atau mungkin kenikmatan bertahta diatas cinta?
Mungkin juga lupa membedakan cinta dan kesenangan
Sudahlah..
Toh, Penguasa tak tahu siapa aku
Karena Memang bukan kader partai sepertinya
Aku bukan siapa-siapa
Hanya binatang jalan dari kumpulan yang terbuang jika Tuanku Chairil Anwar ijinkan aku memakai Sajaknya
Kupang, 14 Maret 2019