Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Penulis, Pemerhati hubungan internasional, sosial budaya, kuliner, travel, film dan olahraga

Penulis buku Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. http://kompasiana.com/arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menulis: Antara Bakat dan Keahlian

8 Juni 2025   13:58 Diperbarui: 8 Juni 2025   13:58 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
menulis antara bakat dan keahlian, sumber gambar dokpri Aris Heru Utomo

Ini tulisan ringan yang idenya datang dari perbincangan dengan seorang teman dalam perjalanan dari Nunukan ke Tawau menggunakan boat.

Teman saya tersebut bercerita dengan penuh semangat, "Kata psikolog, saya punya kemampuan visualisasi yang kuat. Saya bisa menggambarkan sesuatu dengan sangat detail."

Saya pun menimpali, "Luar biasa. Dengan bakat seperti itu, sudah berapa buku atau tulisan yang kamu buat dari kemampuan itu?"

Dia tertawa, "Belum ada. Saya lebih senang bercerita lisan, bukan menulis. Saya tidak merasa punya bakat menulis."

"Bagaimana dengan menulis laporan, bukan menulis buku atau tulisan seperti cerita pendek atau essay?", tanya saya.

"Kalau laporan dinas, karena kewajiban selalu saya lakukan. Tapi saya kerap sebal karena sering dicoret-coret pimpinan," jawab sang teman.

Saya hanya tersenyum mendengan curcol teman dan pada saat bersamaan muncul pertanyaan klasik yang kerap muncul dalam dunia literasi: Apakah menulis itu bakat bawaan, atau sebuah keterampilan yang bisa dilatih dan dikuasai siapa saja?

Sebagian orang memang sejak dini menunjukkan kecenderungan menulis. Mereka dengan mudah merangkai kata, membuat catatan harian, atau bahkan menulis puisi sejak usia belia. Kemampuan ini seringkali disebut sebagai bakat - semacam predisposisi genetik atau anugerah alami yang membuat seseorang terasa "lebih mudah" dalam menulis dibandingkan yang lain.

Namun, bakat tanpa asah seringkali tidak lebih dari potensi yang mengendap. Penulis besar sekalipun tidak menjadi hebat hanya karena bakat, tetapi karena konsistensi dan kedisiplinan dalam membaca, menulis, dan memperbaiki diri. Seperti yang pernah dikatakan oleh sastrawan Putu Wijaya, "Menulis itu seperti bernafas, tapi nafas pun harus dilatih agar tidak tersengal."

Jadi agar kemampuan menulis berjalan dengan baik, makan jalan yang bisa ditempuh demua orang adalah berlatih dan berlatih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun