Mohon tunggu...
Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Mohon Tunggu... Diplomat - Penulis, Pemerhati Hubungan Internasional, kuliner, travel dan film serta olahraga

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Menyoal Pangkalan Militer Asing dan Pancasila

6 September 2020   09:36 Diperbarui: 6 September 2020   11:10 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chinese military bases in South China Sea (Sumber: Asia Maritime Transparency Initiative via CNN.com)

Seperti dikatakan Menlu Retno, "Dua hal menjadi karakter diplomat Indonesia sejak era kemerdekaan hingga saat ini, yakni kegigihan dan kemampuan beradaptasi. Dengan karakter itu, mereka berdiplomasi memperjuangkan nilai-nilai dan kepentintingan bangsa."

Pernyataan ini dibuktikan dalam penanganan evakuasi dari wilayah konflik (Yaman) astaupun wilayah berdampak pandemik Covid-19 di Wuhan.

Kini dalam masalah konflik di Laut Tiongkok Selatan dimana banyak negara terlibat dan saling klaim wilayah, meski Indonesia bukan menjadi salah satu negara yang mengklaim wilayah tersebut (claimant) namun kemampuan adaptasi diplomasi Indonesia kembali diuji.

Sikap untuk tidak memihak pada salah satu kekuatan super power dunia saat ini, membuat Indonesia dapat menolak keinginan negara super power untuk membangun pangkalan militernya di wilayah Indonesia. Karenanya Amerika Serikat dan Tiongkok pun tidak akan bisa membangun pangkalan militer di Indonesia.

Bisa dibayangkan dampaknya bagi kepentingan nasional dan regional  apabila salah satu dari kedua negara besar tersebut diijinkan membangun pangkalan militer di wilayah Indonesia. Pelanggaran terhadap kedaulatan RI dapat dipastikan akan meningkat drastis.

Sebagai contoh, apabila Indonesia mengijinkan pembangunan pangkalan militer Tiongkok di Indonesia maka nelayan-nelayan Tiongkok diperkirakan akan semakin sering memasuki wilayah perairan Indonesia dengan dikawal patrol keamanan lautnya dengan mengabaikan ketentuan hukum laut internasional (UNCLOS). Belum lagi akan mendorong menguatnya ketegangan kawasan.

Karenanya kita jangan berimajinasi bahwa wilayah Indonesia yang sudah dipersatukan oleh laut terbelah oleh kehadiran pangkalan militer asing di satu tempat. Bahwa laut adalah pemersatu yang mempersatukan sekitar 17.000 pulau di Indonesia merupakan sesuatu yang final, sama seperti Pancasila yang mempersatukan kemajemukan dan perbedaan di antara bangsa Indonesia dan sudah final sebagai sebagai ideologi dan dasar negara Indonesia.

Pancasila ibarat lautan yang menyatukan kita. Nilai-nilai Pancasila merupakan titik temu yang bisa diterima seluruh kelompok masyarakat Indonesia. Pancasila juga ibarat lautan yang menyediakan kebutuhan bangsa Indonesia agar sejahtera. Jika nilai-nilainya dijalankan dengan baik, niscaya akan membawa bangsa ini menuju kemakmuran.

Pancasila juga ibarat samudera yang menampung segala yang masuk ke dalamnya, namun itu semua tak pernah sanggup mengubah dirinya. Masyarakat yang memegang teguh Pancasila akan bersikap ramah dan terbuka, namun punya karakter yang khas, toleran, dan tak mudah dipecah belah.

Pancasila juga seperti lautan yang mendamaikan kita. Di dalamnya, terkandung semangat kemanusiaan dan kebangsaan pencipta keharmonisan antarwarga bangsa.

Penegasan bahwa Indonesia menolak kehadiran pangkalan militer asing menguatkan kedaulatan wilayah, menjaga dan memaksimalkannya. Melalui hamparan laut yang luas tanpa kehadiran kekuatan militer asing, kita bisa merenungi dan melihat gambaran sifat-sifat Pancasila, yang kuat, mendalam, luas, terbuka, menghidupi, sekaligus menyatukan, dan mendamaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun